A. Dasar Pemikiran Current
Cost Accounting
Pada tahun
1961, Edwards dan Bell mengusulkan sistem Current
Cost Accounting atau Akuntansi Biaya Sekarang dalam karya klasik mereka,
usulan teori dan pengukuran pendapatan bisnis mereka ini telah menciptakan
banyak perdebatan. Mereka yang pertama menyajikan Current
Cost Accounting secara sistematis. Sebelum membahas alasan Current Cost Accounting digunakan, kita
perlu mempertimbangkan jenis keputusan para manajer dalam menjalankan bisnis. Asumsi
utama manajer perusahaan ingin tahu bagaimana mereka harus mengalokasikan
sumber daya perusahaan dan memaksimalkan profit
atau laba perusahaan.
Edwards dan
Bell menyatakan masalah mendasar ini dalam 3 pertanyaan, yaitu :
1.
Berapa jumlah asset yang harus harus
dipertahankan/dipegang pada saat-saat waktu tertentu? Ini merupakan masalah ekspansi.
2.
Apa bentuk aset yang sesuai? Ini merupakan masalah komposisi.
3.
Bagaimana aset-aset tersebut didanai? Ini merupakan masalah
keuangan.
Manajer dalam
membuat keputusan mengenai tiga pertanyaan di atas mendasarkan pada haarapan di
masa yang akan datang. Untuk merumuskan harapan tersebut secara tepat, manajer
perlu untuk mengevaluasi kegiatan dan keputusan di masa lampau. Alat yang
digunakan dalam evaluasi ini adalah perbandingan data akuntansi untuk sebuah
periode yang telah ditentukan dengan harapan-harapan pada periode tersebut.
Jika perbandingan tersebut mengungkapkan bahwa harapan-harapan tidak akurat,
maka kejadian atau harapan di masa sekarang bisa diubah. Sebagai contoh, jika
data akuntansi mengungkapakan bahwa total biaya bahan mentah lebih tinggi daripada
yang dianggarkan karena harga bahan mentah lebih tinggi dari yang diharapkan,
maka perusahaan perlu mengubah perkiraan harga bahan mentah di masa yang akan
datang dan mengubah keputusan penganggaran harga bahan mentahdi masa datang.
Agar informasi akuntansi berguna dalam pengambilan keputusan, informasi
akuntansi harus mengukur kejadian aktual dari suatu periode seakurat mungkin.
Menurut Edwards dan Bell bahwa pergerakan harga dalam suatu periode tertentu
adalah kejadian yang penting untuk manajemen.
Walaupun Edwards dan Bell
menekankan kebutuhan informasi untuk manajemen, mereka menentang bahwa
data-data tersebut juga penting untuk pihak luar seperti pemegang saham dan
kreditor. Pemegang saham dan kreditor tertarik dengan evaluasi kinerja dari
manajer dan juga perusahaan. Dari teori tersebut informasi akuntansi melayani
dua tujuan:
1.
Evaluasi oleh manajer terhadap keputusan masa lalu untuk
membuat keputusan yang paling baik di masa datang.
2.
Evaluasi terhadap manajer oleh pemegang saham, kreditor, dan
yang lainnya.
Evaluasi baik
oleh pihak internal atau eksternal menyediakan alat untuk keberhasilan fungsi
ekonomi karena sumber daya akan dialokasikan lebih efisien. Tujuan sampingan
dari informasi akuntansi adalah menyediakan dasar yang pantas dan terukur untuk
perpajakan.
B. Konsep Laba Usaha
Berkenaan
dengan laba, manajemen sering menghadapi dua keputusan:
-
Memegang keputusan tentang apakah asset dan kewajiban
akan ‘ditahan’ atau akan mempergunakannya (misalnya melalui penjualan asset
atau pembayaran utang)
-
Operasi keputusan tentang bagaimana menggunakan dan
membiayai operasi entitas.
Untuk
mengevaluasi baik induk dan operasi keputusan manajer, Edwards dan Bell
menawarkan konsep keuntungan yang mereka sebut terdiri dari ‘keuntungan bisnis.
Ada dua komponen yaitu laba operasi saat ini dan penghematan biaya realisasi. Laba
operasi saat ini adalah kelebihan dari nilai saat ini dari output terjual lebih
dari biaya saat input tersebut. Penghematan biaya realisasi adalah peningkatan
biaya saat ini asset yang dimiliki oleh perusahaan pada periode berjalan.
Mereka mencakup perubahan biaya maupun yang belum direalisasi. Laba usaha
adalah dihitung atas dasar nyata – yaitu, unsur ‘fiksi’ karena perubahan
tingkat harga pasar dihilangkan. Istilah yang kita gunakan untuk menghemat biaya realisasi adalah
‘holding gains and losses’, yang dapat direalisasikan atau belum direalisasi.
C. Holding Gains and Losses
Suatu asumsi
yang mendasari CCA adalah pencampuran antara holding gains/losses dan operating
gains/losses membingungkan evaluasi akann keputusan manajemen dan
menyembunyikan alokasi dari sumber daya ekonomi. CCA memperkenankan pemisahan
dari kedua komponen tersebut. Dengan metode konvensional historical cost accounting, gains
dicatat hanya ketika aset dilepas. Oleh karena itu penentuan apakah kegiatan holdings
manajemen berhasil atau tidak, hampir tidak mungkin kecuali jika aset
diperoleh dan dijual pada periode yang sama. Dengan akuntansi konvensional,
ketika membandingkan perusahaan kita mungkin tidak tahu perusahaan mana yang
lebih efisien. Contohnya perusahaan A memulai usahanya 10 tahun lebih awal,
maka operating profit perusahaan A saat ini lebih besar karena beban
penyusutannya lebih kecil daripada perusahaan yang baru mulai usaha tahun ini.
Oleh karena itu pemisahan holding gains
dan operating profit memberikan
penghargaan kepada manajer yang tepat.
Akan tetapi
perdebatan mengenai pemisahan current
operating profit dan holding gains
adalah tidak berarti. Menurut Drake dan Dopuch, Prakash dan Sunder mengaskan
bahwa keputusan-keputusan manajer mempengaruhi kedua komponen tersebut,
sehingga keduanya tidak bisa berdiri tersendiri. Contohnya adalah ketika aset
diperoleh untuk mengurangi beban operasi di masa akan datang.
D. Mengapa Holding Gains Merupakan Komponen dari
Pendapatan
Edwards dan Bell meyakini bahwa holding gains menyajikan “suatu simpanan yang diakibatkan oleh
fakta bahwa input diperoleh pada kemajuan penggunaan. Simpanan tersebut
diakibatkan oleh kegiatan holding.
Tapi mengapa seharusnya kenaikan current cost pada suatu aset dianggap sebagai bagian dari
profit? Edwards dan Bell tidak menyediakan jawaban atas pertanyaan tersebut,
tapi Revsine menyarankan bahwa teori tersebut ke depannya menyajikan suatu
alasan sebagai berikut : “The cost saving
merupakan komponen pendapatan karena menyajikan suatu opportunity gain, karena perusahaan membeli aset pada saat sebelum
harganya berangsur naik.”
Revsine menentang bahwa jenis dari gain mengharuskan sebuah perbandingan di antara kejadian yang
terjadi dan kejadian yang akan terjadi. Revsine memberikan penjelasan lebih
lengkap mengenai cost saving sebagai
berikut: Cost saving mengukur suatu keuntungan posisi kas
perusahaan dihubungkan dengan perusahaan lain pada suatu industri yang
menguntungkan untuk menahan aset saat harga cenderung naik. Jadi ketika
perusahaan lain membeli suatu aset, perusahan tersebut harus melakukan juga
pada harga yang lebih tinggi. Jadi argumentasi tentang opportunity gain menekankan pada perbandingan perusahaan dengan
perusahaan lainnya.
Argumen dari Revsine menekankan bahwa current cost profit adalah suatu indikator utama pada arus kas di
masa depan. Pembenaran teoretis dari hubungan ini adalah keterkaitan di antara current cost profit dan economic profit. Economic profit diartikan
sebagai perbedaan antara nilai sekarang dari net cash flows yang diharapakan oleh perusahaan pada dua titik
waktu, tidak termasuk tambahan investasi oleh pemilik atau yang didistribusikan
untuk pemilik. Economic profit dapat
dibagi menjadi dua komponen yaitu expected
profit dan unexpected profit.
Expected profit mengukur
arus kas perusahaan dapat menghasilkan pada masa datang yang tak tentu,
sedangkan unexpected profit mengukur
perubahan arus kas dalam kaitan dengan faktor lingkungan yang tidak bisa
diprediksi pada awal periode. Dalam ekonomi persaingan sempurna, current cost profit hampir identik
dengan economic profit. Current operating profit pada current cost sama dengan distributable cash flow atau expected profit. Sedangkan holding gains secara langsung
berhubungan dengan unexpected profit.
Memasukkan holding
gains sebagai komponen dari profit merefleksikan pandangan financial capital. Suatu jumlah pada
akhir periode yang merupakan nilai lebih dari jumlah yang diinvestasikan pada
awal periode(tidak termasuk tambahan investasi oleh dan untuk pemilik)
merupakan profit. Oleh karena itu holding
gains merupakan bagian dari profit. Imbal balik investasi adalah jumlah
uang yang merupakan nilai lebih dari jumlah yang telah diinvestasikan. Profit
menggambarkan pengembalian kas yang diharapkan melebihi investasi kas.
E. Financial Capital Vs Physical Capital
Berdasarkan
sistem akuntansi penilaian pasar (market
value), perhitungan profit bergantung terhadap modal (capital). Sehingga
profit lebih dikenal sebagai perubahan modal dalam satu periode pelaporan,
bukan sebagai alokasi biaya perolehan (historical cost) sebagaimana ditentukan
dalam banyak konvensi akuntansi. Dalam current
cost accounting terdapat dua pandangan dasar yang berbeda terkait modal
awal dan modal akhir yaitu konsep keuangan (financial
concept) dan konsep fisik (physical
concept). Dari kedua pandangan tersebut tidak ada perbedaan pandangan dalam
konsep penilaian fair value yang
diakui sebagai harga pembelian pasar sekarang (current market buying prices) atau current costs, tetapi perbedaan terletak pada definisi capital dan
bagaimana profit diukur berdasarkan definisi masing-masing.
Dari sudut
pandang praktis, perbedaan utama antara financial
capital concept dan physical capital
concept adalah apakah keuntungan atau kerugian termasuk dalam profit.
Menurut pandangan financial capital concept perolehan keuntungan termasuk
dalam profit sedangkan menurut physical
capital concept tidak termasuk dalam profit. Contoh ilustrasinya sebagai
berikut:
Sebuah
perusahaan memiliki kas sebesar $1000 dan memulai operasinya pada 1 Januari,
perusahaan tersebut melakukan pembelian 100 unit barang untuk diperdagangkan
masing-masing senilai $10. Pada 31 Desember, seluruh barang dagangannya laku
terjual masing-masing sebesar $18. Pada tanggal ini, current cost telah naik menjadi $12 per unit. Asumsikan profit
dibayarkan sebagai dividen diakhir tahun, maka perhitungan profitnya sebagai
berikut:
|
Financial Capital View
|
Physical Capital View
|
Sales Revenue (100 x $18)
|
$1800
|
$1800
|
Cost of Sales (100 x $12)
|
1200
|
1200
|
Current Operating Profit
|
600
|
600
|
Holding Gain (100 x $2)
|
200
|
0
|
Profit
|
$800
|
$600
|
Paid as Dividends
|
$800
|
$600
|
Penganut
konsep financial capital berpendapat
bahwa profit adalah sebesar $800 disebabkan kenaikan setelah perlakuan financial capital seperti terlihat
dibawah ini:
Beginning amount of capital $1000
Less Purchase of 100 units at
$10 each - 1000
Add Sale of 100 units at $18
each +1800
Ending balance of capital $1800
Jika sebesar $800
didistribusikan kepada pemegang saham sebagai dividends, maka perusahaan masih
memiliki $1000 yang merupaan nilai financial capital awal.
Penganut
konsep financial capital berpendapat
bahwa sebuah perusahaan menginvestasikan sumber keuangannya dengan harapan akan
menciptakan pemasukan kas yang lebih besar. Pengembalian sejumlah sumber
keuangan yang diinvestasikan merupakan return
of capital. Kelebihan arus kas dari sumber keuangan yang diinvestasikan
merupaan return on capital. Oleh
karena itu, peningkatan dalam sumber keuangan untuk memelihara kemampuan
operasi fisik dan peningkatan dalam sumber keuangan untuk memperluas kemampuan
operasi fisik tidak dapat dibedakan.
F. Dukungan Terhadap Physical Capital
Penganut konsep physical
capital berpendapat bahwa modal (capital)
adalah unit-unit fisik yang menunjukan kemampuan operasi fisik suatu
perusahaan. Dalam hal ini, jika perusahaan memiliki 100 unit barang dagangan
diawal; jika capital yang akan dipertahankan, maka seharusnya perusahaan berada
dalam posisi untuk membeli 100 unit barang pada akhir periode. Karena harga
sudah mengalami kenaikan sebesar $2 per unit, sehingga perusahaan memerlukan
$200 lagi pada akhir periode untuk mempertahankan kemampuan operasi awalnya.
Oleh karena itu, nilai sebesar $200 bukanlah merupakan keuntungan tetapi
penyesuaian atas pemeliharaan capital. Berikut ilustrasi analisisnya:
Profit after maintaining
operating capability of 100 units:
Beginning capital $1000
Purchase of 100 units (outflow of cash) - 1000
Sale of 100 units (inflow of cash) +1800
Needed at the end to maintain capital (100 units x $2) - 1200
Profit for January $ 600
Jika senilai $800 dibayarkan sebagai dividends, maka
perusahaan akan memiliki kas sebesar $1000 diakhir periode, yang hanya cukup
untuk pembelian 83 unit di bulan Februari. Sehingga capital tidak dapat
dipertahankan.
Catatan: Penyertaan
keuntungan yang diperoleh sebagai bagian dari profit didasarkan pada dua
pendapat:
-
Pengurangan terhadap biaya
(efisiensi biaya);
-
Merepresentasikan kenaikan dalam
arus kas di masa depan dari aset yang bersangkutan.
Samuelson
tidak setuju terhadap kedua pendapat tersebut. Dia berpendapat bahwa perubahan
ini (gain yang diperoleh) dalam current cost harus merupakan penyesuaian
capital maintenance. Kaitannya dengan efisiensi biaya, dia menjelaskan bahwa pemisahan
antara aktivitas induk dan aktivitas operasi tidak sesederhana apa yang
diasumsikan oleh Edwards dan Bell. Pendapatan dari Drake and Dopuch dan dari
Prakash and Sunder mengatakan bahwa aktivitas induk dan operasi terkadang
saling terkait dan mengevaluasinya secara terpisah dapat menyebabkan salah
arah. Samuelson menjelaskan bahwa efisiensi biaya adalah keuntungan yang
dihasilkan dari pengambilan suatu tindakan yang ditandingkan dengan tindakan
yang lain. Tetapi alternatif tindakan yang lain ditiadakan ketika tindakan yang
nyata diambil. Ketika aset diperoleh, harga perolehan aset tersebut adalah
“biaya tenggelam” yang tidak dapat dihindari dengan tindakan apapun dimasa
depan. Satu-satunya alternatif adalah dengan menjualnya atau terus memakainya. Namun,
keuntungan tidak didapat dari kedua hal tersebut, tetapi dari aset yang tidak
diambil dan yang tidak lagi ada. Samuelson mempertanyakan mengapa efisiensi
biaya harus merupakan bagian dari profit pada saat tidak ada realisasi arus kas
maupun arus kas yang diharapkan dimasa mendatang tetapi arus kas tetap
dilibatkan. Jika hal tersebut dimasukan sebagai bagian dari profit, bagaimana
halnya dengan jenis efisiensi biaya yang lain seperti pembelian aset x daripada
aset y, atau peminjaman uang dengan bunga rendah pada saat yang lain tinggi.
Memperhatikan pendapat bahwa penyesuaian terjadi diantara
perubahan dalam current cost dan nilai (discounted) aset sekarang, asumsinya
adalah bahwa perubahan dalam current cost terkait dengan perubahan net
realizable value dari aset. Untuk aset tidak lancar, bagaimanapun arus kas
individu tidak dapat diidentifikasi.
Komponen utama dari modal fisik adalah:
1.
Capital Maintenance
Sistem dari current cost didasarkan pada konsep
entitas dalam memelihara secara utuh kemampuan sebuah perusahaan untuk
menghasilkan sejumlah barang dan jasa yang sama secara berkelanjutan (kemampuan
operasi perusahaan).
Jika tidak terjadi perubahan teknologi, pemeliharaan
capital memerlukan stok fisik awal aset bersih agar dipertahankan. Hal ini
didapatkan dengan memadankan sumber yang digunakan dengan memakai harga
pembelian terkini dan memastikan bahwa nilai pembelian secara umum dari item
moneter dipertahankan. Dengan menggunakan konsep ini, dana yang cukup dapat
dipertahankan oleh perusahaan untuk membiayai seluruh penggantian aset dari
beban pemulihan. Informasi ini dapat juga digunakan untuk menghitung harga yang
harus dibayar dalam menyediakan pemasukan dan menghitung harga minimum produk
perusahaan yang dapat dijual dengan asumsi keberlangsungan perusahaan dan tanpa
likuidasi.
Sistem current cost didasarkan pada konsep ekonomi
dalam analisis margin dengan pasar factor. Desakan pasar, misalnya perubahan
permintaan dan penawaran terus beroperasi untuk mempengaruhi harga di pasar
factor. Hasilnya adalah gaji dan variable input production lainnya sama halnya
dengan harga pembelian aset tetap secara berkelanjutan berubah. Masih
diperdebatkan bahwa perusahaan harus menyesuaikan operasi untuk memanfaatkan
perubahan yang berkelanjutan di pasar factor supaya tetap kompetitif dan
efisien. Logika ekonomi menyarankan bahwa efisiensi yang optimal dalam operasi
ketika sejumlah volume output diproduksi pada biaya pasar yang minimum dari
factor input. Misalnya jika variable cost (upah) meningkat, maka lebih banyak diperlukan
metode capital-intensive untuk mengurangi labour input dan meminimalisasi
biaya. Penggunaan fixed cost, sebagai contoh lainnya, jika pasar harga dari
tanah dan bangunan perusahaan meningkat, perusahaan harus menggunakan pabrik
lebih sering untuk memproduksi, merentalkannya, atau menjualnya dan operasi
berpindah ke tempat yang lebih murah. Harga pembelian terbaru atau harga masuk
adalah pengukuran yang relevant terhadap opportunity cost dalam pasar factor
dan harus digunakan dalam sistem ini.
2.
Valuation principles
-
Non-monetary item
Item moneter dan non-moneter adalah subjek dari
perbedaan efek dan risiko ketika inflasi. Item moneter adalah klaim terhadap
sejumlah tertentu nilai suatu dollar. Dalam istilah nominal, item moneter tidak
berubah selama inflasi harga. Sebaliknya, nilai dari non-monetary item (seperti
tanah dan bangunan) akan menyesuaikan tekanan pasar dalam istilah nominal
dollar.
Untuk tujuan neraca, aset non-monetary harus dinilai
sesuai dengan current cost aset tersebut. Nilai tersebut diperoleh dari:
- Harga pembelian pasar terbaru; atau
- Indeks spesifik dimana harga pasar tidak tersedia; atau
- Jasa potensial item yang identik atau mirip untuk menggantikan atau
membedakan aset.
Untuk depresiasi aset, nilai yang baru dikurangi
akumulasi depresiasi digunakan untuk memperoleh nilai dari suatu aset.
Ketika aset non-monetary disajikan ulang (biasanya
pada tanggal neraca), penyesuaian dibuat terhadap akun current cost reserve
pada bagian ekuitas di laporan. Bagaimanapun, ketika terjadi penurunan nilai,
terjadi penurunan kemampuan operasi suatu entitas, kemudian penyesuaian bagian
debit dibuat langsung pada laporan rugi/laba.
-
Monetary item and Loan capital
Aset moneter ditunjukan dengan nilai pada saat pertama
kali dimasukan dalam akun dan merepresentasikan kerugian dalam kemampuan daya
beli. Kewajiban moneter dinilai pada saat diharapkan untuk dibayar dan
menguntungkan bagi perusahaan jika dipertahankan ketika uang kehilangan
kemampuan daya belinya.
Item moneter dibagi kedalam dua komponen yang berbeda.
Komponen pertama
adalah berdasarkan konsep entitas dan seluruh unsur item moneter yang bukan
capital pinjaman. Hal ini merupakan pertukaran antara kreditor dan debitor,
kas, prabayar dan pinjaman bank jangka pendek. Keuntungan atau kerugian item
moneter harus dihitung secara memadai dengan indeks perubahan current cost dari
barang dan jasa. Misalnya, sebuah perusahan bangunan akan menerapkan indek
biaya konstruksi dalam item moneter yang membiayai input operasi. Untuk entitas
keuangan seperti bank, indeks yang paling relevan adalah indeks harga umum.
Ketika penerapan indeks spesifik tidak praktis dan tidak efektif secara biaya,
maka penggunaan indeks harga umum dianjurkan.
Sistem operasi current cost didasarkan pada konsep
entitas. Seluruh sumber keuangan jangka panjang, seperti pinjaman, obligasi
atau saham (yang dipasarkan atau pun tidak), sama halnya dengan kontribusi dan
cadangan pemegang saham dianggap mewakili capital base perusahaan. Kreuntungan
dan kerugian dalam capital pinjaman dihitung terutama untuk menjangkau pemegang
saham yang telah mendapatkan keuntungan dari entitas yang menggunakan capital
pinjaman jangka panjang untuk mendanai operasi perusahaanl. Karena pengukuran
ini berkaitan dengan pemegang saham – konsep milik – indeks harga umum harus
digunakan untuk perhitungannya. Selain itu, ketika perdagangan kreditur dan
kewajiban moneter melebihi aset dan persediaan moneter, kelebihan tersebut
dapat digunakan untuk mendanai non-monetery assets. Dalam hal ini, kelebihan
tersebut harus diperlakukan sebagai capital pinjaman dan keuntungan apapun dari
kelebihan ini diperlakukan dengan cara yang sama sebagai capital pinjaman.
-
Non-monetary assets bought and sold
on the same market
Saham dan komoditas pasar tertentu seperti emas, perak
dan aset lainnya yang dipandang spekulatif atau aset financial dibeli dan
dijual dipasar yang sama. Aset ini tidak secara langsung menambah kemampuan
operasi entitas. Meskipun apakah dikonsumsi atau digunakan selama proses
pembayaran barang dan jasa. Biasanya bertujuan untuk menghasilkan keuntungan
atau untuk dijual kembali di capital gain. Dalam hal ini, kemampuan operasi
dari entitas ditingkatkan atau dikurangi dengan kemampuan berinvestasi kembali
terhadap aset ini. Kemampuan ini tetap tidak berubah dalam suatu periode ketika
harga pasar untuk aset tertentu bergerak sejajar dengan inflasi secara umum.
Meskipun demikian, jika nilai aset meningkat pada rate yang lebih besar
dibandingkan inflasi, maka kemampuan berinvestasi kembali atau kemampuan
operasi meningkat. Aset didebet dengan kenaikan harga, penyesuaian inflasi
dikredit terhadap current cost reserve dan keuntungan apapun, kelebihan dan
diatas inflasi, dikredit terhadap laporan rugi/laba. Jika kerugian yang terjadi
maka perlakuannya dibalik.
G. Kritik Terhadap Physical Capital
Sterling mempertimbangkan bahwa konsep physical
capital penuh dengan kelemahan. Dia berpendapat bahwa profit dibawah pandangan
physical capital bernilai jika empat kondisi terpenuhi, yaitu:
- Perusahaan berkelanjutan mengganti unit-unit yang identik;
- Menghadapi kenaikan biaya yang berkelanjutan;
- Dibeli dan dijual dipasar yang berbeda;
- Diinvestasikan secara penuh di unit fisik.
Jika salah
satu dari kondisi-kondisi ini tidak terpenuhi, masalah serius dalam pengukuran
yang dihadapi. Kondisi masing-masing diperiksa di bawah ini dengan mempertimbangkan
situasi sebaliknya.
1.
Different units
Apa yang terjadi ketika sebuah perusahaan membeli berbagai jenis unit
fisik dari banyak orang di awal periode? Misalkan sebuah perusahaan dimulai
pada 1 Januari dengan $ 1000. Membeli 100 busana T-shirt dengan harga $ 10 masing-masing dan
menjualnya pada tanggal 31 Januari sebesar $ 18 masing-masing, pada saat
current cost telah meningkat menjadi $ 20 per T-shirt. Pada tanggal 1 Februari,
mengisi ulang persediaan dengan 72 blus dengan biaya $ 25 masing-masing,
mengalami peningkatan dari $ 20 pada tanggal 1 Januari.
Dua pilihan yang mungkin untuk menentukan pendapatan.
-
Perusahaan benar-benar membeli t-shirt di awal. Oleh karena
itu pendapatan harus ditentukan atas dasar itu. Baik awal dan modal akhir harus
dalam satuan yang sama fisik yang sebanding: T-shirt, dalam kasus ini.
Laba setelah
mempertahankan kemampuan operasional dari 100 T-shirt:
Beginning Capital $ 1000
Purchase of T-shirts (outflow of cash) - 1000
Sale of T-shirts (inflow of cash) + 1800
Needed at end to maintain Capital (100 T-shirts x $20) - 2000
Loss $200
-
Perusahaan benar-benar diganti dengan persediaan blus dan,
oleh karena itu. Pendapatan harus ditentukan atas dasar itu. Modal awal dan
modal akhir harus dalam satuan yang sama fisik yang sebanding: blus, dalam
kasus ini.
Beginning
Capital $ 1000
Possible
purchase of 50 blouses (50 x $20) - 1000
Actual
sale of 100 units (100 x $18) + 1800
Needed
at end to maintain Capital of 50 blouses (50 x $25) - 1250
Profit $550
2. Decresing
Cost
Sterling
berpendapat ketika menurunkan biaya, perusahaan mungkin masih menunjukkan
keuntungan current cost bahkan jika produk tersebut dijual dengan harga kurang
dari harga pembelian. Sebagai contoh, asumsikan bahwa pembelian Perusahaan X
100 unit sebesar $ 100 masing-masing pada tanggal 1 Januari. Pada akhir bulan,
harga turun menjadi $ 60. Perusahaan mengurangi harga jual sesuai dengan itu,
katakanlah dari $ 160 sampai $ 96 karena pengaruh kompetitif perusahaan lain
yang membeli unit dengan harga yang lebih rendah dan menjual produk dengan
harga lebih rendah. Asumsikan 100 unit yang dijual pada tanggal 31 Januari fo $
96 masing-masing.
Sales
revenue (100 x $96) $
9600
Current
cost of sales (100 x $60) 6000
Profit $
3600
Perusahaan membeli barang dengan
harga $ 100 masing-masing dan menjualnya sebesar $ 96 masing-masing. Ini adalah
kurang dari harga pembelian, tetapi masih menunjukkan keuntungan sebesar $
3600.
Perusahaan ini dimulai dengan
modal $ 10.000, yang terdiri dari 100 unit dengan harga $ 100 per orang. Namun,
karena penurunan biaya, penyesuaian pemeliharaan modal menyebabkan modal
menurun sebesar $ 4000 (100 x $ 40), meninggalkan saldo akhir $ 6000. Jika
seluruh keuntungan dibagikan sebagai dividen, Physical capital telah
dipertahankan, karena perusahaan mulai dengan 100 unit dan berakhir dengan
kemampuan pembelian 100 unit dengan $ 6000. Dari sudut pandang fisik, hal ini
tidak berlaku untuk pemilik. Jika harga tetap konstan, keuntungan berikut akan
telah dibuat:
Revenue (100
x $160) $
16000
Cost of
sales (100 x $100) 10000
Profit $ 6000
Bukan $ 6000, keuntungan yang
sebenarnya adalah $ 3600, karena penurunan biaya. Penurunan biaya dengan
penurunan bersamaan dalam harga jual telah menyebabkan pemilik menderita
kerugian sebesar $ 2400 di dividen yang mereka bisa terima. Situasi ini,
kemungkinan perusahaan adalah baik off di akhir periode seperti di awal tapi
pemilik lebih buruk karena penurunan biaya, ini tidak benar, menurut Sterling.
3. Same
Markets
Bagaimana jika perusahaan membeli dan menjual di pasar yang sama, seperti
reksa dana? Misalnya, sebuah perusahaan dimulai pada 1 Januari dengan $ 1000
dengan membeli 100 saham Perusahaan X sebesar $ 10 masing-masing. Ini menjual
saham pada tanggal 31 Januari sebesar $ 18 masing-masing. Keuntungan akan
menjadi:
Revenue (
100 x $18) $ 1800
Current
cost of sales (100 x $18) 1800
Profit 0
Perusahaan ini dimulai dengan $ 1000, memberikan kemampuan untuk membeli
100 saham Perusahaan X, dan berakhir dengan $ 1800, memberikan kemampuan untuk
membeli 100 saham Perusahaan X. Hal ini juga-off pada akhir seperti pada awal.
Sekarang bandingkan perusahaan dengan salah satu perusahaan yang memiliki
$ 1000 pada tanggal 1 Januari, tapi membeli 100 saham Perusahaan Y di $ 10
masing-masing, dan menjual saham pada tanggal 31 Januari untuk $ 9,00 per saham.
Keuntungan akan menjadi:
Revenue (100
x $9) $
900
Current
cost of sales (100 x $9) 900
Profit 0
Profit adalah nol untuk perusahaan ini seperti awal pertama, karena
current cost adalah sama dengan harga jual. Dengan demikian, kedua perusahaan
melaporkan keuntungan nol, meskipun fakta bahwa salah satu mengalami kenaikan
harga dan penurunan harga lainnya.
Setiap perusahaan yang membeli dan menjual di pasar yang sama akan
melaporkan keuntungan nol, terlepas dari perubahan harga. Sterling menyimpulkan
bahwa situasi ini tidak logis. Dia menyatakan, “Tidak ada gunanya dalam
mengukur keuntungan jika ada yang tahu sebelumnya besarnya akan selalu menjadi
nol ‘.
4. Partial
Investment
Pengurangan current cost masu
kan dari pendapatan yang dikatakan untuk memberikan pembagian laba dan
mempertahankan Physical capital. Tapi ini benar hanya jika perusahaan
sepenuhnya diinvestasikan dalam unit fisik. Jika perusahaan tidak sepenuhnya
diinvestasikan, masalah timbul.
Asumsikan bahwa perusahaan dimulai pada 1 Januari dengan $ 1000 dengan
membeli 80 unit persediaan di $ 10 masing-masing, meninggalkan saldo kas
sebesar $ 200. Perusahaan menjual unit/barang pada tanggal 31 Januari sebesar $
16 masing-masing ketika current cost adalah $ 12,50 per unit. Laba akan
menjadi:
Revenue (
80 x $16) $
1280
Current
cost of sales (80 x $12.50)
1000
Profit
$ 280
Jika keuntungan sebesar $ 280 itu akan dibagikan kepada pemilik, phisical
capital tidak akan dipertahankan. Pada akhir periode, perusahaan akan memiliki
$ 1200 ($ 200 cash balance + $ 1280 laba $ 280 dividen), yang hanya akan
membeli 96 unit (= $ 1200 / $ 12,50) dibandingkan dengan 100 unit perusahaan
bisa dibeli dengan $ 1000 di awal periode. Masalahnya adalah saldo kas $ 200.
Ini bisa membeli 20 unit pada awal periode, tetapi hanya 16 unit di akhir. Dengan
demikian, ada kerugian dari holding cash dan tidak membeli 4 unit atau $ 50 (4
x $ 12,50). Jika Physical capital harus dipertahankan, maka akan diperlukan
untuk memasukkan kerugian sebesar $ 50 pada akun Laba Rugi, tapi ini tidak
diusulkan oleh pendukung Physical capital.
Jika perusahaan menjual lebih dari satu produk, masalahnya menjadi lebih
rumit. Asumsikan bahwa perusahaan memiliki saldo kas $ 200 dan menjual produk X
dan Y. Asumsikan biaya X meningkat dari $ 10 sampai $ 12,50, mengakibatkan
hilangnya 4 unit atau $ 50. Biaya Y menurun dari $ 10 sampai $ 8,00,
menghasilkan keuntungan dari 5 unit atau $ 40. Harus kehilangan $ 50 dimasukkan
dalam pendapatan untuk tidak membeli X pada awal periode, atau harus keuntungan
$ 40 akan ditambahkan untuk tidak membeli Y, atau keduanya harus dimasukkan?
Jawabannya tidak jelas.
H. Kritik Terhadap Current
Cost Accounting
Terdapat dua
kelompok yang berbeda yang mengkritik current cost accounting, yaitu mereka
pendukung historical cost dan mereka pendukung exit price.
1. Pendukung
Historical Cost
Pendukung
historical cost accounting menolak current cost accounting karena melanggar prinsip
realisasi traditional. Mereka khawatir,
jika perusahaan bermaksud untuk menggunakan aset, daripada
menjualnya, perubahan harga pasar tidak relevan. Aktiva lancar tidak
lebih berharga untuk sebuah perusahaan hanya karena biaya saat ini telah
meningkat. Nilainya terletak pada potensi pelayanan, bukan dalam (ditukar)
nilai pasarnya. Mungkin dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya saat ini mengantisipasi
laba usaha. Namun, yang terburuk mungkin terbukti benar, yaitu bahwa laba yang
diharapkan tidak akan terwujud atau bahwa kenaikan harga hanya sinyal
peningkatan pendapatan di masa depan industri lain.
Masalah
lain yang terkait adalah subjektivitas dalam menentukan jumlah kenaikan biaya.
Jika tidak ada pasar barang bekas yang dapat diandalkan, maka dasar menentukan
biaya saat suatu aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan harus aset baru
yang akan menggantikan yang lama. Ini bukanlah tugas yang mudah untuk
menghitung jumlah keuntungan atau kerugian usaha.
Sebuah
editorial di Business Week
menyimpulkan masalah di ats sebagai berikut : “Untuk menghitung laba
berdasarkan biaya penggantian, akuntan tidak hanya lebih membebankan biaya
penyusutan, mereka juga harus menyesuaikan perbedaan dalam hasil dan biaya
produksi. Ketika mereka telah melakukannya, mereka berakhir mimpi aneh dunia di
mana perusahaan mengurangi tabungan mereka tidak menyadari dari biaya mereka
tidak dikenakan untuk memperoleh pendapatan yang tidak mereka buat.”
2. Pendukung
Exit Price
Pendukung
exit price accounting mengamati
sejumlah kelemahan dalam current cost
accounting. Pertama, mereka berpendapat bahwa istilah “biaya” menyiratkan
biaya kesempatan atau pengorbanan alternatif terbaik berikutnya. Dalam hampir
semua kasus, pengorbanan saat ini yang dihadapi oleh perusahaan adalah untuk
menjual aset daripada menggunakannya, tetapi tidak untuk membelinya karena
perusahaan telah memiliki itu. Oleh karena itu, current cost, harga untuk membeli barang(aset), bukan jumlah yang
relevan. Ini adalah exit price atau nilai realisasi yang merupakan ekspresi
logis dari biaya opprtunity.
Masalah
Alokasi yang dikemukakan oleh Thomas terus menjadi masalah. Alih-alih
mengalokasikan biaya historis, alokasi adalah biaya saat ini. Tapi tetap
sewenang-wenang dan kurang menjadi bagian dari dunia nyata. Poin tambahan pada
masalah ini adalah kebutuhan untuk jaminan penyusutan. Apakah jaminan
penyusutan dibebankan pada laporan laba rugi atau ke akun modal akan membuat
perbedaan dalam jumlah laba yang dilaporkan.
Lemke
berpendapat bahwa asset teknologi ditingkatkan dengan teknologi cenderung
menggantikan aset yang ada, sehingga
laba operasional saat ini, berdasarkan modus produksi yang ada, akan menjadi
prediktor buruk dari keuntungan masa depan. Ketika teknologi berubah, investor
akan disesatkan oleh laba usaha saat ini sebagai dasar untuk memprediksi arus
kas masa depan. Dalam banyak kasus, laporan keuangan akan menggambarkan harga
pembelian saat ini dan beban penyusutan aktiva yang usang dan perusahaan yang
tidak berniat untuk membelinya. Laba akan menggambarkan fasilitas yang ada yang
tidak diharapkan akan dilanjutkan.
Pendukung
exit price accounting bersikeras
bahwa akuntansi biaya saat ini memerlukan masalah matematika atas penambahan
karena model yang direkomendasikan untuk praktek melibatkan berbagai metode
pengukuran. Chamber menjelaskan masalah-masalah sebagai berikut:
“Jumlah
aset harus dari jenis yang sama dengan jumlah kewajiban. Mereka harus jumlah uang
atau setara asset yang bukan uang pada tanggal neraca. Uangnya setara dengan
asset yang bukan uang adalah nilai-nilai kas bersih dari aset tersebut pada
tanggal neraca.”
Untuk
alasan yang sama,Chamber berpendapat melawan penggunaan indeks harga khusus.
Sebuah indeks harga hanya harga rata-rata. Hal ini tidak mungkin, kecuali
secara kebetulan bahwa sebuah perusahaan tertentu dipengaruhi oleh perubahan
harga dengan cara yang sama seperti setiap perusahaan lain. Dan jika aset tidak
bisa lagi dibeli, ini tidak masuk akal untuk menghitung biaya yang diindeks
sebagai harga jika akan telah bergerak ke arah yang sama dan pada tingkat yang
sama beberapa seri nomor indeks.
Akhirnya,
Chamber mempertahankan gagasan pada
pandangan nilai bisnis sejumlah alasan lain untuk nilai. Aset berharga untuk
bisnis sebagai :
-
fungsi / kegunaan yang dapat dibuat dari mereka
-
Pinjaman yang dapat didasarkan pada
mereka
-
kas mungkin mereka bawa
-
The nilai potensial perlindungan
terhadap inflasi dalam kasus aktiva non moneter
Para pendukung exit price percaya
bahwa informasi biaya saat ini, secara umum, tidak relevan dengan keputusan
investasi umumnya. Ini tidak fokus pada kemampuan perusahaan untuk menggunakan
sumber daya keuangan dalam tugas perusahaan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
I. Current Cost – Perspektif Global
1.
Current Cost di Negara Amerika Serikat
Pada tahun 1976, Security Exchange Commission (SEC)
mengamandemen Rule 3-17 dari peraturan S – X yang mensyaratkan bahwa data biaya
pengganti (replacement cost) wajib
dituangkan dalam laporan 10-K bagi perusahaan dengan persediaan dan aset
produktif yang nilai totalnya lebih dari
US $ 100.000.000 atau lebih dari 10% total asset. Ketentuan ini kemudian
disahkan menjadi Accounting Series Release (ASR) 190.
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Statement 33 yang
mensyaratkan pengungkapan atas constant
dollar dan data current cost.
Dilatarbelakangi oleh terbitnya statement 33 tersebut, SEC mengeluarkan ASR 271
yang membatalkan ASR 190 untuk mendukung statement 33. Kewajiban untuk
menyajikan data current cost mendapat
pertentangan dari perusahaan. Setelah terjadi perdebatan mengenai kegunaan dari
informasi tambahan (suplementary
information) FASB kemudian mengeluarkan statement 89 pada tahun 1986 untuk
mendesak perusahaan supaya melanjutkan untuk mengungkapkan data tersebut.
Pada statement 33, FASB mensyaratkan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi mengenai :
-
Laba atas operasi berjalan pada basis current cost pada tahun berjalan
menggunakan nominal dollar.
-
Current cost untuk persediaan dan peralatan serta aset tetap pada akhir tahun berjalan
menggunakan nominal dollar.
-
Perubahan current
cost pada tahun berjalan untuk persediaan dan peralatan serta aset tetap
menggunakan dasar constant dollar.
Perubahan atas biaya ini tidak termasuk dalam laba dari
operasi berjalan. Perusahaan juga diwajibkan untuk menyajikan informasi current
cost dalam dasar nominal dollar selama 5 tahun. Informasi tersebut antara lain
:
-
Laba dari operasi berjalan.
-
Laba tiap saham umum dari operasi berjalan.
-
Nilai aset bersih pada akhir tahun pelaporan.
Statement 33 dijalankan sebagai percobaan selama 5 tahun. Setelah
mengumpulkan bukti dan reaksi untuk melengkapi data, FASB mengeluarkan
statement 82 yang menghilangkan kewajiban untuk melaporkan laporan nilai historis/ constant dollar bagi perusahaan yang menggunakan current cost accounting.
FASB masih belum memutuskan apakah akan medukung
pandangan financial capital atau physical capital. Oleh karena itu,
statement 33 lebih mengutamakan perubahan pada current cost (kenaikan atau penurunan di current cost) daripada
holding gain (atau losses) atau penyesuaian maintenance
capital. Meskipun demikian, laba
dari operasi berjalan berdasarkan current cost merupakan panduan untuk menilai
kemampuan pemeliharaan operasi dari
suatu perusahaan. Ini tidak lain merupakan argumen untuk pandangan physical
capital. FASB mecatat bahwa laba dari operasi berjalan tidak dapat mengukur /
menunjukkan kemapuan operasi perusahaan secara tepat. Namun demikian, hal ini
dipercaya dapat menghasilkan perkiraan
yang memadai.
2.
Current Cost di Negara Inggris
Pada tahun 1975, komite Sandilands yang dibentuk oleh
pemerintah inggris merekomendasikan sistem akuntansi current cost. Komite ini menilai
bahwa laporan nilai historis termasuk yang sudah disesuaikan dengan
perubahan pada beberapa tingkat harga tidak cukup berguna. Laporan ini
menyajikan opini yang terlalu rumit
untuk laporan tingkat harga yang telah
disesuaikan. Untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pengguna, diputuskan bahwa
informasi yang relevan adalah penilaian dari keuntungan masa depan yang
diperoleh dari aset bersih perusahaan.
Komite meyakini bahwa holding
gain mencerminkan kondisi ekonomi saat ini yang berada di luar kontrol
manajemen perusahaan dan tidak dapat diindikasikan sebagai aktivitas normal.
Komite Sandland memutuskan bahwa holding gain tetap harus diungkapkan tetapi
tidak termasuk dalam laba.
Proposal dari komite sandilands ditembuskan kepada
pemerintah inggris dan diterima oleh Accounting Standar Comitee. Proses ini kemudian
dilanjutkan dengan pembentukan Inflation Accounting Steering Group (IASG) pada
tahun 1976. IASG kemudian menyusun draft (ED 18) pada akhir athun 1976 yang
berisi panduan pelaksanaan akuntansi current cost bagi perusahaan. Setelah
melewati banyak perdebatan, revisi, dan percobaan, Accounting Standar Comitee
kemudian mengeluarkan Statement On Current Cost Accounting (SSAP 16) yang
mensyaratkan current cost sebagai
laporan utama dan nilai historis sebagai data tambahan. Standar ini kemudian
digunakan oleh banyak perusahaan besar. Pada tahun 1985, stelah melalui
perdebatan panjang, ASC mencabut status wajib atas SSAP 16.
3.
Current Cost di Australia
Di Australia, profesi akuntansi mengeluarkan DPS 1.1 ,
Statement of Provisional Accounting Standards (PAS) Current Cost Accounting
pada bulan oktober 1976. Amanemen dari pernyataan tersebut (PAS 1) dan petunjuk
pelaksanaannya dikeluarkan pada bulan agustus 1978. Sistem current cost yang
direkomendasikan didasarkan atas kapasitas operasi yang dijalankan perusahaan
secara utuh. Pada saat itu diharapkan bahwa sistem yang baru akan menggantikan
sistem konvensional secara keseluruhan apabila sistem baru ini sudah familiar
di kalangan pengguna. Statement of accounting practice (SAP) 1 Current Cost
Accounting kemudian diterbitkan pada bulan November 1983.
Terbitnya SAP 1 menimbulkan perubahan arah yang
signifikan. SAP 1 merekomendasikan semua entitas untuk menyajikan laporan
akuntansi current cost sebagai
tambahan untuk laporan keuangan yang menyajikan nilai historis. Sebagai
alternatif, laporan current cost dapat disajikan sebagai dasar laporan keuangan
utama untuk menggantikan laporan keuangan yang berdasarkan nilai historis. SAP
1 tidak diterapkan secara penuh di Australia.
4.
Standar Akuntansi Internasional dan Current Cost
Pada pemaparan sebelumnya diketahui bahwa beberapa negara
telah mencoba menerapkan sistem akuntansi current cost akan tetapi sistem
tersebut tidak dapat diterapkan secara menyeluruh. Pada tanggal 15 Juli 2004,
AASB mengadopsi standar akuntansi internasional untuk semua komponen laporan
keuangan setelah 1 Januari 2005. Selanjutnya IASB dan FASB sepakat bahwa basis
terbaik untuk melakukan pengukuran adalah nilai wajar.
IAS 39/AASB 139 dan IFRS 3/AASB 3 mendifinisikan nilai
wajar sebagai nilai sebuah aset apabila digantikan atau nilai hutang apabila
dilunasi/ diselesaikan. Pada pasar yang aktif, nilai wajar adalah harga
transaksi dan apabila tidak terdapat pasar aktif maka pendekatan untuk
menghitung nilai wajar dapat digunakan, antara lain discounted cash flow, option pricing models, depreciated replacement
cost, market indexes dan appraisal
value.
Meskipun nilai wajar yang diterima pada umumnya adalah
harga pasar, pengertian biaya transaksi bukan merupakan sesuatu yang baku dan
harga transaksi tidak selalu diterapkan secara konsisten. Sebagai contoh,
menurut IAS 39 /AASB 139, nilai wajar untuk marketable
securities dan aset keuangan adalah harga jual, untuk held to maturity securities, nilai wajar yang digunakan adalah
biaya amortisasi. Menurut IAS 16/AASB 116 untuk Property, Plant, and Equipment, nilai wajar yang dipakai adalah
harga perolehan pada saat pemilik benar-benar memperoleh kontrol atas aset
tersebut pada saat proses akuisisi. Setelah akuisisi, pada setiap kelas aset
harus diputuskan mengenai model pengukuran yang akan diterapkan. Semua aset
dalam satu kelas yang sama harus menggunakan prinsip pengukuran yang sama,
tetapi tidak semua kelas harus menggunakan model yang sama. Tidak terdapat
waktu / periode spesifik untuk revaluasi aset.
IAS 16/AASB 116 mengijinkan tiap entitas untuk memilih antara cost model dan current cost model. Menurut IAS 40/ AASB 140, tiap entitas dapat
memilih antara model depresiasi atau model nilai wajar ketika melakukan
pengukuran terhadap investment property.
Menurut standar akuntasi internasional, difinisi atas
nilai wajar dapat bervariasi mulai dari model biaya perolehan dan harga
penjualan sampai dengan model penilaian yang berdasarkan discounted cash flows atau option
pricing. Tidak terdapat standar yang menentukan konsep capital maintenanced , oleh karena itu tidak terdapat penerapan
yang baku untuk pengukuran pendapatan berdasarkan perubahan atas modal.
J. Dukungan Terhadap Current Cost Accounting
1. Pengakuan
Prinsip
Pembela
historical cost berargumen bahwa current
cost accounting melanggar prinsip
konvensional yaitu keuntungan diakui saat diterima.
Pernyataan
ini benar adanya, untuk pengakuan laba ditahan yang belum direalisasi.Pendukung
current cost accounting menyatakan bahwa ‘laba ditahan yang belum direalisasi’
telah menunjukkan adanya pergerakan penambahan modal dan harus diakui jika ada
cukup bukti untuk menunjukkan adanya perubahan.
Pendukung
historical cost dan physical capital theorist menyangkalnya karena perusahaan
menghitung keuntungan dari perubahan harga aset tidak lancar. Perubahan harga
pasar sama sekali tidak relevan kaitannya dengan keuntungan
2. Objektivitas
dari Current Cost
Pendukung
konsep historical cost berargumen bahwa current cost accounting kurang objektif
karena sebagian besar perhitungan current cost tidak didasarkan pada tansaksi
aktual dimana perusahaan ikut serta.
Sebagai
contoh akuntan tidak lagi
memperhitungkan harga pasar berdasarkan prinsip COMWOL. Salah satu alsannya
karena standardisasi prosedur dan alasan lainnya mengenai masalah ketersediaan
data harga pasar.
Untuk
barang yang memiliki harga yang relatif mudah untuk diukur, objektifitas dari
current cost masih dapat diterima akuntan. Persediaan, barang baku dan barang
jadi masuk ke dalam kategori ini. Bahkan current cost dapat lebih objek dalam
menhgitung arus barang yang masuk dan keluar.
Namun
untuk perusahaan yang sangat besar nyaris sulit dalam menghitung arus barang.
Oleh karena itu untuk mempermudahnya diperlukan asumsi-asumsi antaralain
seperti FIFO dan LIFO.
3. Perubahan
Teknologi
Keuntungan
dari operasi adalah indikasi bahwa perusahaan membuat kontribusi jangka panjang
yang positif trhdp ekonomi, dan proses produksi dilakukan secara efektif.
K. Current
Cost versus Exit Price
Pada
kondisi spt apakah digunakan harga keluaran (exit price), misal net realisable
value ?Para pendukung teori current cost theories berargumen pada harga masukan
(entry price), current cost adalah methode ‘normal’ untuk menilai dengan alasan
sbb :
-
Menggunakan exit price melahrkan anomali
revaluasi thdp akuisisi karena biaya transportasi, biaya instalasi dan
pembongkaran dan akses yang kurang terhadap pasar. Segera setelah pembelian mesin baru, harga
biasannya jatuh jadi kurang dari biaya akuisisi.
-
Menggunakan exit price berdampak pada
pendekatan jangka pendek (short term approach).
-
Menggunakan exit prices untuk untuk
persediaan barang jadi membawa ke antisipasi keuntungan operasi sebelum point
of sale karena persediaan dinilai lebih dari current cost.
FASB disusun data pada semua perusahaan di tahun 1980. Ditunjukkan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 1:
Perbandingan pendapatan historical cost dan current cost
BIAYA HISTORIS (dolar Nominal)
|
BIAYA HISTORIS (dolar Konstan)
|
BIAYA LANCAR (dolar Nominal)
|
|
(AS Miliaran Dolar)
|
|||
Pendapatan dari operasi (sebelum pajak)
|
$ 172
|
$ 120
|
$ 107
|
Pajak
|
73
|
73
|
73
|
Pendapatan dari operasi
|
$ 99
|
$ 47
|
$ 34
|
Perbedaan antara historical cost dan curent cost pada item laba dari
operasi tergantung dari laba ditahan yang belum direalisasi.
Jika kita mengikuti logika Edwards dan Bell, kita dapat menyimpulkan
bahwa laba $99 milyar historicl cost terdiri dari :
-
$34 milyar dari aktivitas operasi yang
berada dibawah kontrol manejemen.
-
$65 milyar dari aktivitas penahanan
(laba ditahan) dimana biasanya kurang berada di bawah kontrol majemen.
L. Empirical Studies
1. Australia
a.
Barton
Berdasarkan
studi pada tahun 1970 an, tertinggalnya harga saham Australia erat kaitannya
dengan penggunaan current cost profit
perusahaan dan historical cost profit.
Baron berpendapat bahwa jika perusahaan melaporkan informasi yang berguna bagi
para investor dalam menilai saham dan keputusan investasi mereka, maka current cost financial report nyata-nyata
unggul dari pada historical cost reports.
b.
Ferguson dan Wines
-
Melakukan survey berapa banyak
perusahaan yang menggunakan SAP 1 current
cost data dalam menyiapkan laporan keuangannya.
-
Mengirimkan kuesioner ke sampel 200
perusahaan yang terdaftar di Pasar saham Sydney selama tahun 1984. Hasilnya
hanya 3,7 % perusahaan yang menggunakan current
cost accounting.
-
Kesimpulannya bahwa SAP I current cost accounting tidak dipakai oleh komunitas bisnis
2. Amerika
Serikat
a.
Tim peneliti University of Texas
-
Menggunakan model simulasi komputer
untuk memeriksa perbedaan historical cost
profit dan current value profit.
-
Hasil simulasi :
Pengukuran dengan current value lebih baik dari pada historical cost profit dalam hal
memprediksi kas flow dari operasi pada tahun yang akan datang.
1) Companies
with increasing cost combined with declining sales volume are particulary prone
to pay dividends out of capital rather than profit.
2) Across
abroad range of inflationary conditions, the failure of historical cost
accounting to adjust for inflation causes dramatic differences between
historical cost and current value performance trends.
b.
Dickerson
-
Menyelidiki penerapan prosedur current cost accounting pada produser
kecil.
-
Kesimpulan : penggunaan computer akan
mengurangi waktu dan biaya.
- Ro; Gheyara and Boatsman; Beaver and Landsman; Schaefer;
Friedman, Buchman and Melicher, dkk
3. New
Zealand
a.
Duncan dan Moores
-
Menguji asersi direktur New Zealand
Company yang menyatakan bahwa current
cost information tidak bermanfaat bagi investor dalam membuat keputusan.
-
Menyimpulkan bahwa current cost accounting memberikan informasi yang lebih relevan dan
handal dari pada ihistorical cost statements.
b.
Wong
-
Mempunyai beberapa hipotesis yaitu :
1) Perusahaan
yang mempunya beban pajak yang besar kemungkinan besar akan menggunakan current cost accounting untuk
mempengaruhi kebijaka pajaknya.
2) Perusahaan
dengan pengaruh rendah lebih mungkin menggunakan current cost financial statement dari pada perusahaan yang besar.
3) Perusahaan
yang under scrutiny for apparently
monopolistic behavior would use curret cost reporting.
4. United
Kingdom
a.
Peasnell, Skerratt dan Ward
-
Menyelidiki pengaruh the impact of the experimental current cost
standard (SSAP 16) onshare returns pada pasar saham London.
-
Kesimpulannya :
1)
Investor menggunakan current cost information dalam their short-term portofolio decision.
2)
Share
return in the long term berkaitan erat dengan historical cost data dari pada dengan current cost financial data.
b.
Thompson dan Watson
-
Menguji onformasi dalam current cost data dengan cara
menganalisa keputusan manajemen mengenai deviden .
-
Kesimpulan : historical cost profits pada umumnya memberikan penjelasan terbaik
dalam perubahan devidens.
M. Empirical Evidence
1. Capital
market research
a) Supplementary current cost data not useful.
b) Tidak ada nilai yang relevan untuk harga saham.
c) Financial capital tidak digunakan untuk penilaian
2.
Watts
& Zimmerman alternative interpretations of results
a) Current cost data tidak
berisi informasi, karena tidak relevan untuk menilai sukuritas atau pasar modal
mempunyai sumber informasi yang lain mengenai current cost.
b) Current cost data berisi
informasi, tetapi informasi tersebut kurang mencukupi bagi perusahaan untuk
mengungkapkan data.
c) Current cost data mewakili
perbedaan yang siknifikan dari traditional
historical cost information dan pelaku pasar tidak belajar untuk
mengevaluasi atau memprosesnya.
d) Empirical Studies menggunakan
metoda statistic yang tidak cukup kuat untuk menunjukkan pengaruh informasi.
3. Financial asset current costs appear to have more
value relevance
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne,
Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes (2010),
Accounting Theory, 7th ed, John Wiley & Sons, Inc.
Accounting Theory, 7th ed, John Wiley & Sons, Inc.
Suwardjono (2010),
Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan
Keuangan, Edisi
ketiga, BPFE.
ketiga, BPFE.
Yolinda Yanti Sonbay. (2010)
Perbandingan Biaya Historis Dan Nilai Wajar.
Jurnal
Kajian Akuntansi. Vol.2 No.1
Perbedaan: financial Physical
Sales revenue (100X18) 1800 1800
Cost of sale (100X10) 1000 1000
800 800
Profit 800 -
Holding gain (100x2) - 200
800 600
Tidak melihat mana yang lebih untung.. tidak melihat untung
atau tidak untuk tapi kebijakan ini hanya untuk memberikan informasi yang
nantinya dapat memberikan pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar