Jumat, 06 November 2015

Perspektif Akuntansi



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Akuntansi ada karena aktivitas komersial dan berbasis transaksi ekonomi baik yang dilakukan individu maupun entitas. Namun, faktanya bahwa praktik akuntansi antara kelompok-kelompok tertentu di berbagai negara jauh berbeda. Oleh karena itu, diperlukan sudut pandang tertentu yang mendasari akuntansi dari berbagai faktor, termasuk sejarah dan budaya, nilai-nilai masyarakat, sifat kegiatan ekonomi dan tujuan yang mempersiapkan, menafsirkan dan menerapkan informasi akuntansi.
Terminologi akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang pemakai dan sudut proses kegiatannya. Ditinjau dari sudut pemakainya, akuntansi adalah suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi. Informasi yang dihasilkan akuntansi diperlukan untuk membuat perencanaan yang efektif, pengawasan, dan pengambilan keputusan oleh manajemen, dan pertangungjawaban organisasi kepada para investor, kreditur, badan pemerintah, dan sebagainya. Dari sudut pandang kegiatannya, akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi. Pengertian ini menunjukan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang kompleks dan menyangkut bermacam-macam kegiatan. Pada dasarnya akuntansi harus mengidentifikasi data nama yang berkaitan atau relevan dengan keputusan yang akan diambil, memproses atau menganalisis data yang relevan, serta mengubah data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Accountant Public Board menggolongkan akuntansi sebagai "kegiatan pelayanan", yang merupakan deskripsi yang lazim diakui dan diterima oleh akuntan. Pada umumnya, sudut pandang akuntansi tidak selalu didukung berdasarkan pada hal yang diukur dengan logika, melainkan hanya pada sudut pandang pemerintah, kelompok atau individu yang menerima dan mendukung. Argumen yang sama dapat dibuat terhadap politik agama yang didasarkan pada keyakinan mendasar. Dengan demikian, berlatih dan belajar akuntansi sangatlah penting untuk memahami serta mempertimbangkan atau mengadopsi perspektif (sudut pandang) tertentu di dalam praktik akuntansi.




























BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sudut Pandang Akuntansi
Akuntansi lahir karena adanya aktivitas komersial, transaksi berbasis ekonomi, dan entitas individu yang membentuk pasar. Tujuan yang mendasari lahirnya akuntansi adalah sebagai pengukuran dan pelaporan dari kegiatan ekonomi suatu entitas. Namun, saat ini hal tersebut telah diperluas hingga akuntansi dapat mempengaruhi kegiatan entitas. Tentunya, hal tersebut telah mengakibatkan perubahan yang signifikan terhadap perusahaan-perusahaan.
Sudut pandang akuntansi didasari oleh berbagai faktor, termasuk sejarah dan budaya, nilai-nilai sosial, sifat kegiatan ekonomi dan tujuan yang mempersiapkan, menafsirkan dan menerapkan informasi akuntansi. Selain itu, sudut pandang akuntansi juga seringkali didasari oleh sudut pandang penerimaan dan dukungan dari pemerintah, kelompok, atau indinvidu, misalnya berkenaan dengan politik atau agama.
Menurut Godfrey et al (2000:82), “Faktor utama lain yang mempengaruhi berbagai sudut pandang akuntansi adalah bahwa ada banyak pemakai potensial informasi akuntansi, yang mewakili berbagai perspektif, yang sering menyebabkan pertanyaan : perspektif siapa yang harus diambil dalam proses akuntansi?”.
SAC 2 (dalam Godfrey et al, 2000:83) menyatakan bahwa tujuan umum laporan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk membuat keputusan yang mengevaluasi tentang alokasi sumber daya yang langka (ayat 43). Pertanyaan tersisa yang belum terselesaikan adalah : keputusan siapa dan dalam konteks apa? Oleh sebab itu, SAC 2 mengelompokkan pengguna utama akuntasi menjadi tiga, yaitu :
       Sumber daya penyedia (pemegang saham dan pemegang utang),
•   Penerima barang dan jasa (pelanggan),
•   Pihak yang melakukan pengawasan (auditor independen, manajemen dan pemerintah).
Tidak semua pengguna memiliki sudut pandang yang sama ketika mereka melihat laporan akuntansi untuk membuat keputusan.

B.      Batas Asumsi
Sudut pandang akuntansi yang disajikan mempunyai serangkaian batas-batas asumsi atau prinsip suatu entitas. Pada dasarnya, batas asumsi ini diciptakan dalam rangka untuk mengukur dan melaporkan informasi, karena kegiatan dan sarana penunjang kegiatan suatu entitas perlu didefinisikan.
Pada tahun 1988 Australian Accounting Research Foundation (AARF) (dalam Godfrey et al, 2000:84) mengeluarkan Teori Akuntansi Monografi 8 – Definisi entitas pelaporan, yang ditulis oleh Dr Ian Ball. Ball berfokus pada konsep entitas pelaporan yang berkaitan dengan 'batas-batas suatu entitas’. Ball berpendapat bahwa meskipun pentingnya konsep entitas pelaporan telah terjadi perdebatan yang terbatas mengenai definisi dan karakteristik dari entitas pelaporan. Ball mengusulkan definisi universal konsep entitas pelaporan yang dianggap konsisten dengan SAC 2 terkait tujuan umum laporan keuangan dan tujuan utama para pengguna akuntansi. Perhatian utama Ball adalah bahwa batas-batas entitas pelaporan diidentifikasi dengan mengacu pada kepemilikan atau kontrol, di mana kontrol berkaitan dengan 'kemampuan untuk mengarahkan penyebaran sumber daya'.
Mengingat bahwa ada banyak pengguna potensial informasi akuntansi yang mewakili berbagai perspektif, serta tujuan umum dari laporan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk membuat dan mengevaluasi keputusan, maka diperlukan batas asumsi karena tidak semua pengguna memiliki perspektif yang sama ketika mereka melihat laporan akuntansi untuk membuat keputusan.

C.      Definisi Entitas Pelaporan
Menurut Godfrey et al (2000:85), “Sebuah entitas pelaporan adalah unit atau kegiatan yang mengontrol pemanfaatan sumber daya yang langka untuk menghasilkan manfaat ekonomi atau layanan potensi yang dinilai cukup signifikan untuk menjamin penyusunan laporan keuangan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan akuntabilitas”.
Penjabaran terkait definisi di atas adalah sebagai berikut :
·                Setiap unit atau kegiatan meliputi hukum, administrasi, entitas ekonomi, akuntansi atau lainnya.
·                Kegiatan atau unit harus dilatih, atau memiliki kemampuan untuk mengontrol penggunaan sumber daya yang langka.
·                Sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan dari unit atau kegiatan, tercermin dalam manfaat ekonomi atau layanan potensi.
·                Cukup signifikan menyiratkan relevansi untuk tujuan pengambilan keputusan dan atau akuntabilitas dan aplikasi penilaian. Misalnya, manfaat bagi pengguna eksternal dari informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Dalam konsep lain berkaitan dengan kriteria biaya, yang biasanya akan tercermin dalam status keuangan, ekonomi, politik atau sosial dari suatu entitas.
·                Tujuan umum laporan keuangan ini dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kepada pengguna eksternal untuk unit atau kegiatan yang tidak mampu menyusun laporan keuangan tersebut.

D.      Teori Kepemilikan
Menurut teori kepemilikan (Proprietary Theory) (dalam Godfrey et al,2000:86), entitas adalah agen, perwakilan, atau pengaturan dimana wirausahawan individual atau pemegang saham beroperasi. Littleton menyatakan kepemilikan itu adalah 'substansi' dari double-entry system. Tanpa itu, tidak ada alasan mengapa debet harus sama dengan kredit dan pembukuan double-entry hanya menjadi seperangkat aturan. Sudut pandang ini berasal dari abad ke-18 ketika beberapa penulis menyajikan logika akuntansi berdasarkan pada tujuan dari perusahaan, sifat modal dan makna rekening dari sudut pandang pemilik. Pemilik adalah pusat perhatian. Semua konsep akuntansi, prosedur dan aturan dirumuskan dengan berfokus pada keuntungan bagi kepentingan pemilik. Hal ini berlaku bahkan bagi perusahaan, yang dipandang sebagai alat yang digunakan oleh para pemegang saham dan pemilik yang berusaha untuk mencapai tujuan mereka yaitu untuk meningkatkan kekayaan mereka.

1.             Rekening Neraca
Berikut ini persamaan akuntansi yang menangkap esensi dari teori kepemilikan :
Dimana A merupakan aset, L merupakan Utang dan P merupakan ekuitas pemilik. Sprague (dalam Godfrey et al, 2000:87) menyatakan bahwa :
“Neraca kepemilikan adalah penjumlahan pada beberapa waktu tertentu dari semua elemen yang merupakan kekayaan dari beberapa orang atau kumpulan orang-orang ... Seluruh tujuan dari perjuangan bisnis adalah peningkatan kekayaan, yaitu, peningkatan kepemilikan.”

Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa tujuan dari akuntansi adalah untuk menentukan kekayaan bersih dari pemilik. Karena itu, beberapa akuntan percaya bahwa nilai saat ini lebih relevan daripada biaya historis. Teori ekonomi perusahaan mengambil pandangan tersebut, dengan penekanan pada peran dari pemilik pengusaha. Ekonom dikenal mendukung penggunaan nilai saat ini dalam akuntansi.

2.             Pendapatan
Pendapatan dapat diperoleh dan biaya dikeluarkan, merupakan keputusan dan tindakan dari pemilik atau wakilnya. Pendapatan adalah peningkatan kepemilikan, biaya adalah penurunan kepemilikan. Vatter (dalam Godfrey et al, 2000:87) menjelaskan bahwa :
“Teori berpasangan ganda didasarkan pada gagasan bahwa biaya dan rekening pendapatan memiliki karakteristik yang sama seperti 'kekayaan bersih'. Yaitu rekening yang cenderung untuk meningkatkan kekayaan bersih yang meningkat sebesar kredit, rekening yang cenderung menurunkan nilai bersih yang ditangani dalam urutan terbalik”

Pendapatan merupakan peningkatan kekayaan pemilik dari operasi bisnis selama periode tertentu. Semua aspek yang mempengaruhi perubahan kekayaan pemilik dalam periode tertentu harus dimasukkan dalam pendapatan.

3.             Pengaruh pada Praktek
Untuk sebagian besar, praktik akuntansi ini didasarkan pada teori kepemilikan. Dividen lebih dianggap sebagai distribusi pendapatan daripada biaya karena mereka melakukan pembayaran kepada pemilik. Di sisi lain, bunga utang dan pajak penghasilan dianggap beban karena mengurangi kekayaan pemilik. Untuk kepemilikan tunggal dan kemitraan, gaji yang dibayarkan kepada pemilik yang bekerja dalam bisnis tidak dianggap beban, karena pemilik perusahaan adalah entitas yang sama dan tidak dapat membayar diri sendiri dan mengurangi itu sebagai beban.
Dalam laporan keuangan konsolidasi, metode induk perusahaan didasarkan pada teori kepemilikan. Perusahaan induk dipandang sebagai 'pemilik' anak perusahaan. Hak minoritas, dari sudut pandang 'pemilik' anak perusahaan, mewakili pernyataan dari kelompok luar. Meskipun minoritas tampaknya tidak cocok dengan definisi AARF tentang kewajiban, di bawah teori perusahaan induk tidak ada pilihan selain menganggapnya sebagai sebuah kewajiban pada neraca.
Syarat yang mengakui pernyataan kepemilikan dan mencerminkan teori kepemilikan, yang umum dalam akuntansi, seperti pendapatan kepada pemegang saham, laba per saham dan nilai buku per saham (backing asset).
Dalam pemilihan indeks harga umum untuk penyesuaian tingkat harga, teori kepemilikan akan mengharuskan kita untuk mempertimbangkan kepentingan pemilik, sebagai seorang individu yang berkaitan dengan memuaskan keinginan ekonominya. Ini akan membawa kita kepada indeks harga konsumen. Modal keuangan lebih baik daripada modal fisik, sesuai dengan pandangan konsep kepemilikan. Yang pertama menekankan investasi keuangan dari pemilik, sedangkan yang kedua berfokus pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan tingkat operasional fisik tanpa memperhatikan pernyataan kepemilikan. Melalui pendekatan kepemilikan, logis untuk mempertimbangkan penurunan nilai kewajiban sebagai keuntungan perusahaan induk.

4.             Konsep Modal Keuangan
Pandangan kepemilikan melihat adanya perbedaan antara kekayaan pemilik dengan kekayaan entitas. Oleh karena itu, semua keuntungan entitas didistribusikan kepada pemilik perusahaan. Jika entitas memerlukan sumber daya tambahan, dana ini tersedia dari sumber daya pemilik pribadi.
Karena sudut pandang kepemilikan menganggap aset dan kewajiban dari pemilik, penggunaan potensi kekayaan bersih tidak dibatasi dan berpotensi dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa secara umum. Untuk alasan ini, pemilik berkaitan dengan mempertahankan modal entitas dalam hal tingkat harga umum.
Dengan kata lain, pandangan kepemilikan mempertahankan nilai finansial dari modal entitas, dengan mempertimbangkan perubahan dalam tingkat harga umum (dilihat dari modal keuangan). Dari perspektif ini, modal merupakan kas yang diinvestasikan oleh pemilik ditambah laba yang ditanam kembali oleh retensi dalam bisnis. Kebanyakan orang mengadopsi pandangan keuangan dilihat dari modal dan juga posisi yang diambil dalam praktek akuntansi konvensional tradisional.
Bagi mereka yang percaya pada pemeliharaan modal keuangan, 'well-offness' atau modal yang berhubungan dengan kemampuan untuk menginvestasikan uang dalam jumlah yang sama pada akhir periode pelaporan diawal periode. Pendapatan adalah jumlah kas yang diterima oleh perusahaan atas investasi kas oleh pemilik ke dalam perusahaan.
Salah satu cara untuk melihat hal ini adalah untuk memikirkan modal entitas dalam hal kemampuannya untuk membeli barang dan jasa. Misalnya, jika modal pada awal tahun keuangan akan memungkinkan perusahaan untuk membeli televisi 1000, maka modal pada akhir tahun keuangan juga harus mampu membeli 1000 set televisi setara. Keuntungan di atas kekayaan bersih ini dianggap sebagai pendistribusian kepada pemilik.
Singkatnya, pandangan kepemilikan mempertahankan nilai modal keuangan dari entitas dengan mempertimbangkan perubahan dalam tingkat harga umum.

5.             Keterbatasan
Pandangan kepemilikan dalam akuntansi dikembangkan bagi usaha kecil dan terutama perseorangan dan kemitraan. Dengan munculnya perusahaan, teori ini terbukti tidak memadai sebagai dasar untuk menjelaskan akuntansi perusahaan. Secara hukum, perusahaan adalah entitas yang terpisah dari pemilik dan memiliki hak sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan kepemilikan aset dan mengasumsikan kewajiban bisnis, bukan pemegang saham. Tidak hanya perusahaan yang memikul kewajiban dari bisnis, tetapi pemegang saham juga bertanggung jawab atas kewajiban perusahaan. Jika pemegang saham dari sebuah perusahaan besar ingin menggunakan hak dugaan kepemilikan mereka dengan menarik aset, mereka akan bertabrakan dengan hukum. Penarikan uang tunai (dividen) sebenarnya adalah distribusi oleh prosedur hukum formal.

E.      Teori Entitas
Teori entitas (entity theory) dirumuskan sebagai respon terhadap  kekurangan dari pandangan kepemilikan tentang perusahaan. Teori entitas diawali dengan fakta bahwa perusahaan adalah entitas yang terpisah dengan identitas pemiliknya. Teori entitas bergerak melampaui 'konvensi entitas' mengenai pemisahan antara urusan perusahaan dan urusan pribadi. Sebab apabila vendor susu memisahkan pembukuannya untuk tujuan bisnis, ini tidak berarti bahwa perusahaan tersebut menggunakan pandangan teori entitas. Sebab dalam konsep kepemilikan, pandangan pemisahan bisnis dari urusan pribadi ini pun digunakan.
Martin (dalam Godfrey et al, 2000:91) menguraikan dua asumsi yang terkait dalam mewujudkan gagasan entitas akuntansi :
·      Pemisahan. Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya.
·      Sudut pandang. Prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas.
Menurut Godfrey et al (2000:91) mengungkapkan bahwa :
“Meskipun teori entitas sangat cocok untuk akuntansi perusahaan, para pendukung teori ini percaya bahwa hal itu dapat diterapkan untuk perseorangan, kemitraan, dan bahkan organisasi nirlaba, asalkan :
·      Akun-akun dan transaksi diklasifikasikan dan dianalisis dari sudut pandang entitas sebagai unit operasi.
·      Prinsip Akuntansi dan prosedur tidak dirumuskan dalam hal kepentingan tunggal, seperti kepemilikan.”

Paton (dalam Godfrey et al, 2000:91) menyatakan bahwa :
“Perusahaan ini adalah 'bisnis' yang pembukuan laporan keuangan dan akuntan mencoba untuk mencatat dan menganalisa; buku-buku dan rekening (akun) adalah catatan 'bisnis'; laporan periodik untuk operasional dan kondisi keuangan adalah laporan dari 'bisnis'”

Entitas bukanlah seseorang dan tidak dapat bertindak atas kemauan sendiri. Entitas adalah sebuah institusi, tapi meskipun demikian entitas merupakan “hal yang sangat nyata”, pendapat Paton (dalam Godfrey et al,2000:91). Sebab entitas memiliki keberadaan nyata dan terukur, bahkan memiliki kepribadian sendiri. Bagi perusahaan, setelah modal saham dikeluarkan, kehidupan perusahaan tidak lagi tergantung pada kehidupan pemegang saham. Secara umum, dari perspektif akuntansi, suatu entitas dapat didefinisikan sebagai setiap area kepentingan ekonomi yang memiliki keberadaan yang terpisah dari pemiliknya.
Saat ini, konsep entitas telah diperluas oleh organisasi-organisasi besar untuk mencerminkan kepentingan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini entitas memberikan kerangka dasar yang menjadi acuan, adopsi bentuk-bentuk baru yang diiintegrasikan dalam keuangan, lingkungan dan faktor kondisi sosial. Pendekatan yang kemudian muncul dijelaskan oleh Elkington (dalam Godfrey et al,2000:92) sebagai 'pelaporan triple bottom line'. Pendekatan ini berkaitan dengan melaporkan dampak dari kegiatan organisasi pada berbagai stakeholder, selain kepentingan pemegang saham.
Perusahaan berdiri untuk menciptakan kesejahteraan, sehingga kontribusi langsung mereka untuk membuat pembangunan yang berkelanjutan adalah menciptakan nilai ekonomi jangka panjang, kondisi sosial dan lingkungan yang berkelanjutan. Singkatnya, satu kunci tantangan abad kedua puluh adalah 'penciptaan nilai berkelanjutan'.
Intinya bahwa organisasi semakin menyadari bahwa perspektif tunggal pemegang saham menciptakan kecurigaan dan tuntutan dari masyarakat luas untuk peningkatan tingkat keterbukaan perusahaan. Tanggapan dari beberapa perusahaan untuk memperluas dari pandangan entitas berkaitan dengan dampak organisasi untuk pihak yang berkepentingan secara luas.

1.             Dua Pandangan Entitas
Apa tujuan akuntansi dalam pandangan entitas? Ada dua versi dari teori entitas tetapi masing-masing mengarah pada kesimpulan yang sama yaitu bahwa pengelolaan atau akuntabilitas adalah signifikansi utama. Versi tradisional teori entitas menyatakan bahwa perusahaan bisnis beroperasi untuk kepentingan pemilik modal, pihak-pihak yang menyediakan dana untuk entitas. Oleh karena itu, entitas harus memberikan pertanggungjawaban kepada para pemilik modal untuk melaporkan status dan konsekuensi dari investasi mereka pada perusahaan. Penafsiran baru melihat entitas beroperasi untuk dirinya dan tertarik pada kelangsungan hidupnya sendiri. Untuk mengatasi permasalahan entitas dalam kelangsungan hidupnya maka badan usaha menggunakan akuntansi bagi pemilik modal dalam rangka memenuhi persyaratan hukum dan juga untuk menjaga hubungan baik dengan mereka untuk memudahkan jika dimasa yang akan datang memerlukan tambahan dana.
Meskipun kedua versi berfokus pada entitas sebagai unit independen, pandangan tradisional terlihat lebih menekankan kepada pemilik modal sebagai 'rekan' dalam bisnis, sedangkan pandangan yang lebih baru melihat pemilik modal sebagai orang luar perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir kandungan informasi dari laporan akuntansi untuk pengambilan keputusan lebih ditekankan pada mudahnya asimilasi antara interpretasi dari kedua pandangan teori entitas tersebut.

2.             Neraca
Kekayaan bersih pemilik bukanlah konsep yang berarti, karena entitas adalah pusat perhatian. Pemilik dan kreditur dipandang hanya sebagai pemegang modal, penyedia dana. Persamaan akuntansi adalah:
Aset = Ekuitas
Paton (dalam Godfrey et al, 2000: 94) percaya bahwa persamaan adalah ekspresi yang paling logis dari kondisi keuangan perusahaan. Ekuitas merupakan hak atau klaim atas aset entitas. Kreditor memiliki klaim khusus dan pemegang saham memiliki klaim residual atas aset dalam kasus pembubaran. Dari sudut pandang entitas, bagaimanapun kreditur dan pemegang saham merupakan penyedia dana. Pemegang saham tidak memiliki klaim untuk setiap aset tertentu, bahkan untuk pendapatan perusahaan. Mereka hanya memiliki hak terhadap total aset dan dividen saat diumumkan oleh dewan direksi. Namun, ini adalah hak yang diterima oleh kesepakatan kontraktual, bukan karena kepemilikan.
Neraca menunjukkan aset entitas, yang Paton sebut (dalam Godfrey et al, 2000:94) sebagai mewakili 'langsung' pernyataan nilai untuk entitas, dan ekuitas yang ia sebut sebagai penyataan 'tidak langsung' dari total yang sama. Aset milik perusahaan dan kewajiban adalah kewajiban dari perusahaan, bukan pemilik. Telah dikatakan bahwa karena jumlah yang diinvestasikan oleh pemilik modal harus dipertanggung jawabkan, maka tujuan ini logis mengarah ke penggunaan biaya historis untuk aset nonmoneter, karena total pada sisi kanan neraca harus sama dengan total di sebelah kiri. Setelah menerima dana yang disediakan oleh pemilik modal, perusahaan menginvestasikan dana di aset. Pemilik modal juga tertarik pada perubahan nilai investasi mereka. Pendukung nilai sekarang menunjukkan bahwa teori entitas mengasumsikan bahwa investor tidak cukup dekat pada bisnis yang dilakukan perusahaan. Oleh karena itu, akuntabilitas harus berarti bahwa penyesuaian yaitu perubahan nilai, dilaporkan kepada investor. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa entitas perlu mengetahui nilai-nilai saat ini dari aset dalam rangka untuk membuat keputusan yang benar.

3.       Pendapatan
Berdasarkan konsep kepemilikan, penentuan kekayaan bersih pemilik adalah perhatian utama. Oleh karena itu, neraca adalah sangat penting. Untuk teori entitas, penekanannya pada penentuan pendapatan dan oleh karena itu akun Laba Rugi lebih relevan daripada neraca. Menurut Godfrey et al (2000:94) ditekankan pada pendapatan adalah karena dua alasan :
·      Para penanam modal terutama tertarik pada pendapatan, karena jumlah ini menunjukkan hasil dari investasi mereka untuk suatu periode.
·      Alasan untuk keberadaan perusahaan adalah untuk membuat keuntungan. Hal ini diperlukan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Pendapatan adalah apa yang dihasilkan oleh entitas. Sebenarnya, pendapatan dalam teori entitas harus didefinisikan sebagai perubahan dalam aktiva bersih dari perusahaan daripada perubahan modal. Penekanannya adalah pada pendapatan dan beban, pemasukan hanyalah perbedaan.
Pendapatan didefinisikan sebagai arus masuk aset atas transaksi yang dilakukan oleh perusahaan berkaitan dengan produk. Dalam teori kepemilikan, beban dilakukan dengan pengeluaran yang akhirnya mengurangi kekayaan bersih pemilik. Dalam teori entitas, biaya berkaitan dengan biaya aset dan layanan lain yang digunakan oleh perusahaan untuk menciptakan pendapatan untuk periode tersebut. Beban mengurangi nilai aset entitas. Konsep kepemilikan menekankan pada sisi kanan neraca, yaitu P dari rumus akuntansi tersebut. Konsep entitas berfokus pada sisi kiri neraca, yaitu aset. Alasannya adalah bahwa asset dianggap memperlihatkan hal “nyata” yang dikerjakan perusahaan, sedangkan ekuitas yang lebih abstrak, yang berkaitan dengan cara klaim atas asset, secara 'tidak langsung' seperti Paton mengatakan dilihat dari nilai aset.
Karakteristik dasar dari pendapatan adalah pendapatan menciptakan lebih banyak aset sedangkan biaya pada akhirnya mengurangi aset (jasa) : Teori akuntansi, oleh karena itu, harus menjelaskan konsep pendapatan dan biaya dalam hal perubahan aset perusahaan bukan sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas pemilik atau pemegang saham.
Pendapatan yang dihasilkan adalah untuk perusahaan. Jika memang demikian, mengapa kemudian itu ditutup ke saldo laba seolah-olah itu milik pemegang saham? Paton dan Littleton berpendapat bahwa pemegang saham memiliki klaim sisa kontrak pada total aset dan untuk alasan tersebut maka pendapatan ditempatkan di saldo laba. Para pemegang saham mendapatkan sisa, setelah kreditur telah dibayar. Penjelasan ini berkembang dari versi konvensional teori ekuitas. Penafsiran baru menyatakan bahwa akun laba ditahan sebagai ekuitas perusahaan atau investasi itu sendiri.
Jika pendekatan konvensional untuk teori entitas diikuti sampai akhir logisnya, maka beban bunga harus dianggap sebagai distribusi pendapatan bukan biaya. Beban bunga adalah pembayaran kepada kreditur untuk penggunaan uang mereka, dividen kepada para pemegang saham. Karena kreditur dan pemegang saham berada dalam posisi yang sama dalam teori entitas, yaitu sebagai penyedia dana maka beban bunga dan dividen harus berada dalam kategori yang sama. Beberapa juga berpendapat bahwa pajak penghasilan adalah distribusi pendapatan. Teori kepemilikan mempertahankan bahwa pajak penghasilan yang dibayar untuk layanan pemerintah tertentu, seperti perlindungan terhadap kekuatan asing, pengaturan tingkat persaingan, mencegah praktik tidak adil, dll dan oleh karena itu pajak penghasilan adalah biaya bisnis. Tapi Paton (dalam Godfrey et al, 2000:95) berpendapat bahwa pajak tidak mewakili biaya untuk item tertentu atau layanan tetapi 'dipaksa'. Selain itu, pembayaran tidak berada dalam proporsi langsung untuk setiap manfaat yang diterima dari pemerintah. Kontribusi pemerintah terhadap keberhasilan perusahaan adalah faktor 'sepenuhnya di luar hukum pasar’. Namun menurut definisi, pajak penghasilan adalah bagian dari pendapatan. Oleh karena itu, pemerintah memperoleh suatu ekuitas yang berlaku di perusahaan tanpa peralatan modal apapun. Paton percaya bahwa pajak penghasilan harus diperlakukan sebagai distribusi hilangnya pendapatan, tapi bukan beban.
Menurut versi yang lebih baru dari teori entitas, perusahaan berbisnis untuk dirinya sendiri. Pembayaran untuk penggunaan uang adalah biaya karena kedua kreditur dan pemegang saham dianggap pihak eksternal. Oleh karena itu, beban bunga dan dividen serta pajak penghasilan adalah biaya bisnis. Mereka mengurangi jumlah ekuitas yang dimiliki entitas.
Tidak ada pajak berganda di bawah teori entitas karena perusahaan merupakan entitas yang terpisah dari pemegang saham. Oleh karena itu, dibenarkan, setiap entitas harus membayar pajak penghasilan atas penghasilan sendiri. Pengikut dari penafsiran baru dari teori entitas berpendapat bahwa dividen saham juga harus dikenakan pajak kepada penerima karena dividen saham berasal dari saldo laba yang termasuk ke dalam entitas, bukan pemegang saham. Para pemegang saham yang menerima sesuatu dari entitas yang mereka tidak memiliki sebelumnya. Dividen saham dikenakan pajak di bawah sistem perpajakan di Australia, tetapi bantuan di bawah imputasi dividen berlaku. Ini memungkinkan potongan pajak atas dividen secara jujur.

4.       Pengaruh pada Praktek
Dalam prakteknya tidak konsisten dalam mengikuti implikasi baik dari teori kepemilikan atau entitas. Pengaruh dari masing-masing teori ada berdampingan. Teori akuntansi konvensional didasarkan pada konsep entitas, namun pandangan kepemilikan tampaknya memiliki dampak yang lebih besar pada prosedur ini. Sebagai contoh, berdasarkan pada konsep kepemilikan, beban bunga dianggap beban dan dividen distribusi pendapatan.
Untuk akuntansi biaya saat ini, jika pandangan entitas diikuti secara ketat, perubahan nilai kewajiban tidak akan dianggap sebagai keuntungan/kerugian pemegang saham, hanya perubahan dalam beban aset. Hal ini karena kewajiban ekuitas, seperti memberikan kontribusi modal harus diabaikan karena perubahan nilai tidak mempengaruhi arus kas perusahaan. Di tempat pertama, sebuah aplikasi yang ketat dari teori entitas akan menyiratkan pandangan modal fisik di mana tidak ada keuntungan perusahaan induk yang akan diakui.
Teori entitas telah berdampak pada beberapa prosedur yang masih ada. Misalnya, gaji kepada karyawan perusahaan yang memiliki saham dianggap beban. Dalam laporan keuangan konsolidasi, pendekatan teori entitas dapat digunakan di mana perspektif dari entitas konsolidasi diambil dan kepentingan ekuitas dari luar tidak dikecualikan dari pendapatan, beban atau asset. Menggunakan perspektif entitas, kepentingan luar ekuitas diperlakukan tidak berbeda dari kepentingan perusahaan induk pada anak perusahaan. Dalam konteks akuntansi manajemen, penggunaan laba dan pusat biaya untuk keperluan internal didasarkan pada konsep entitas.
Pandangan entitas yang dibahas ini tertanam kuat dalam praktek. Laporan keuangan harian pada operasi perusahaan umumnya didasarkan pada pandangan entitas.

5.       Konsep Modal Fisik
Pandangan entitas menganggap aset entitas sebagai milik dari entitas sendiri dan menganggap dana pemilik itu sebagai luar entitas. Keuntungan mungkin diperoleh melalui kegiatan bisnis secara spesifik atau mungkin dari penawaran layanan, termasuk perwalian aset publik. Dari pandangan entitas, persyaratan utama adalah untuk menjaga kemampuan entitas dalam melaksanakan fungsi secara bertanggung jawab dan oleh karena itu berkaitan dengan mempertahankan kapasitas operasi fisik perusahaan. Hal ini juga dikenal sebagai pandangan 'modal fisik' yang berfokus pada perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa. Bagi mereka yang percaya pada konsep pemeliharaan modal fisik, kemampuan utama ‘well-offness’ untuk mencapai produksi yang sama pada akhir periode seperti di awal. Dalam konsep ini, pemeliharaan modal melibatkan upaya mempertahankan kapasitas operasi perusahaan untuk mengganti aset perusahaan pada awal periode. Penghasilan diperoleh hanya setelah perusahaan mampu untuk mengganti aset di awal periode.
Menurut Godfrey et al (2000:97), “Pendukung pandangan ini setuju bahwa biaya yang akan diganti adalah biaya aset saat ini dengan kapasitas produktif yang sama seperti aset saat ini. Nilai relevan adalah biaya saat ini atau biaya pengganti karena idenya adalah untuk mempertahankan (atau mengganti) kapasitas produktif yang sama seperti yang diberikan oleh aset saat ini”.
Di Australia, SAP 1 (dalam Godfrey et al, 2000:97) mendefinisikan pemeliharaan modal dalam hal 'kapasitas operasi', yang konsisten dengan pandangan modal fisik (atau 'entitas'). Singkatnya, dalam pandangan entitas, kapasitas fisik entitas untuk memberikan barang dan jasa ditentukan setelah memperhitungkan perubahan harga spesifik dari aset dan kewajiban yang membentuk kemampuan operasi entitas.

6.       Konsep Modal Keuangan Terhadap Konsep Modal Fisik
 Godfrey et al (2000:97) mengungkapkan bahwa :
“Perbedaan utama antara model kepemilikian dan entitas, sehubungan dengan pendapatan, adalah bahwa :
·      Perubahan nilai moneter aset dan kewajiban telah diperhitungkan dalam penentuan pendapatan dengan model kepemilikan.
·      Perubahan nilai moneter aset dan kewajiban dikecualikan dalam model entitas.”

Pendukung pandangan kepemilikan ('modal keuangan'), yang juga percaya pada akuntansi biaya saat ini, perubahan dalam nilai aset dan kewajiban dari keuntungan dan kerugian perusahaan induk.
Para pendukung pandangan entitas ('modal fisik') berpendapat bahwa dengan kenaikan harga barang-barang, perusahaan harus melanjutkan kegiatan bisnis karena hal tersebut bukan merupakan unsur laba tetapi 'penyesuaian pemeliharaan modal' yang ditempatkan langsung di pemilik ekuitas. Jumlah ini adalah yang diperlukan untuk mengganti aset.
Contoh berikut ini menggambarkan dua pendekatan :
Misalkan kita memiliki sebuah perusahaan kecil yang bergerak untuk membeli dan menjual satu karya seni per tahun. Asumsikan bahwa dalam Tahun 1 pemilik membeli karya seni sebesar $ 700 dan menjualnya seharga $ 1000, membuat keuntungan uang tunai $ 300. Selama Tahun 1, biaya penggantian karya seni meningkat menjadi $ 800.
Jika mereka menghitung pendapatan mereka berdasarkan nilai historis, mereka akan menunjukkan keuntungan $ 300 ($ 1000 - $ 700). Jika mereka menarik keuntungan, $ 300 yang tersisa di perusahaan tidak cukup bagi mereka untuk melanjutkan bisnis di Tahun 2. Mereka membutuhkan $ 800 untuk mempertahankan kemampuan mereka untuk membeli satu unit karya seni.
Dua pendekatan di atas digambarkan dalam tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Perbandingan Pandangan Kepemilikan dan Entitas
Pandangan Kepemilikan

Pandangan Entitas

Penjualan
Beban Pokok Penjualan
$ 1000
800
Penjualan
Beban Pokok Penjualan
$ 1000
800
Laba Operasional
Keuntungan
200
100
Pendapatan
 200
Pendapatan
$   300
Pemeliharaan modal peny.
$   100

Pendukung modal keuangan (pendukung pandangan kepemilikan) menganggap pendapatan dari bisnis sebagai jumlah yang dapat didistribusikan tanpa mengurangi modal kurang dari jumlah uang yang diinvestasikan pada awal periode sebesar $ 300.
Para pendukung pandangan modal fisik (pendekatan pandangan entitas) melihat penghasilan $200 dan $100 akibat kenaikan biaya sebagai penyesuaian pemeliharaan modal. Penyesuaian ini memungkinkan pemilik untuk mempertahankan posisi 'fisik' yang sama dengan sebelumnya, yang harus mampu membeli dan menjual salah satu karya seni. Dalam pandangan ketiga, jika profit sebesar $ 200 yang ditarik, ada adalah $ 800 tersisa untuk melanjutkan bisnis.

F.      Teori Dana/Arus Kas                                      
William Vatter (dalam Godfrey et al, 2000:98) telah mengusulkan pandangan teori yang terpusat pada 'dana' publik daripada perseorangan. Teori kepemilikan mengambil titik pandang pemilik dan teori entitas mengambil sudut pandang entitas seolah-olah seseorang. Objek Vatter adalah keduanya karena ia percaya bahwa pandangan pribadi mengarah ke interpretasi spesifik dan metode penilaian :
“Kelemahan di basis-basis akuntansi pribadi adalah bahwa isi laporan akuntansi akan cenderung dipengaruhi oleh analogi pribadi, dan isu-isu akan memutuskan untuk tidak dengan mempertimbangkan sifat dari masalah tetapi pada beberapa perpanjangan dari perseorangan ... Titik pandang perseorangan tidak berkontribusi pada objektivitas informasi akuntansi.”

Dana adalah unit operasi, suatu pusat perhatian, dengan tujuan tertentu atau serangkaian kegiatan, yang terdiri dari aset dan ekuitas. Dana tidak dibebani oleh pemikiran personalistis. Ini adalah bebas dari sikap tentang valuasi atau bentuk dan isi laporan keuangan yang masuk ke dalam sebuah teori yang didasarkan pada perseorangan. Persamaan akuntansi untuk dana adalah :
Aset = Pembatasan Aset
Setiap dana ditujukan untuk memenuhi beberapa tujuan, dan layanan yang terkandung dalam aset adalah sarana utama untuk mencapai tujuan itu. Vatter (dalam Godfrey et al, 2000:98) tidak setuju dengan interpretasi biasa ekuitas, tetapi melihat mereka sebagai pembatasan atas aset. Klaim tidak muncul terhadap aset, menurutnya, tetapi terhadap orang. Bahkan pemegang hipotek tidak memiliki klaim atas aset tertentu, namun hanya diberikan prioritas dalam pembayaran dari hasil saat aktiva tersebut dijual di penyitaan. Kewajiban merupakan pembayaran masa depan dan tidak klaim pada aset. Oleh karena itu, pentingnya kewajiban adalah pembatasan yang dibebankan pada dana aset, yang mengalokasikan dari suatu bagian tertentu dari total aktiva untuk pembayaran. Ekuitas residual, atau ‘ekuitas pemilik’, merupakan pembatasan akhir atas aset dan menetapkan kesetaraan aset dan ekuitas. Istilah 'pembatasan aset' menciptakan istilah umum untuk semua organisasi.
Dalam teori dana, neraca dianggap sebagai 'pernyataan investasi' aset dan batasan-batasan yang berlaku untuk aset. Penyusunan informasi dan metode penilaian akan bervariasi tergantung pada tujuan digunakannya neraca. Sebagai contoh, sebuah neraca untuk tujuan kredit akan berbeda dari yang disajikan kepada pemegang saham.
Pendapatan merupakan kenaikan aset ke dana yang benar-benar bebas dari pembatasan ekuitas selain pembatasan akhir dikenakan oleh ekuitas residual. Transaksi lain dapat meningkatkan total aset, tapi selalu ada pembatasan yang dibuat bersamaan. Misalnya, penjualan obligasi menghasilkan aset baru, tetapi juga menghasilkan pembatasan pada total aset karena pembayaran masa depan pokok dan bunga. Penerimaan hadiah atau warisan adalah pendapatan. Namun, jika dibatasi untuk digunakan sebagai investasi di mana  harus dipertahankan tanpa batas waktu, maka bukan pendapatan. Bunga atau dividen atas investasi, bagaimanapun, tidak dibatasi dan karena itu hasil untuk dana tersebut.
Beban mewakili rilis layanan untuk tujuan yang ditentukan dalam tujuan dana. Definisi ini mencakup konsep 'biaya produksi pendapatan', tetapi dimaksudkan untuk menjadi lebih luas dan berlaku bagi organisasi nirlaba juga.
Vatter (dalam Godfrey et al, 2000:99) memiliki sedikit kepercayaan pada konsep pendapatan. Dia melihat banyak masalah dalam penentuan dan percaya bahwa akuntan telah lebih ditekankan pada pendapatan. Penghasilan tidak dapat memenuhi semua tuntutan permitaan dan tujuan umum penghasilan terbatas dalam kegunaannya.  Akun Laba dan Rugi justru berakhir dengan angka bottom-line, Vatter mengusulkan sebuah pernyataan di mana informasi dilaporkan dengan cara pengguna, jika mereka ingin, mereka bisa menghitung angka pendapatan untuk tujuan mereka sendiri. Dia berpendapat bahwa harus fokus pada aliran dana ketimbang pendapatan.
Teori Dana menyediakan kerangka acuan bagi pemerintah dan organisasi nirlaba. Vatter (dalam Godfrey et al, 2000:99) bermaksud untuk dapat menerapkan akuntansi dana pada bisnis juga, tetapi yang dapat diterima di sektor itu sangat terbatas. Namun, konsep luas dana berkontribusi untuk kerangka teoretis yang mendasari pengenalan laporan arus kas, yang saat ini merupakan bagian integral dari laporan keuangan entitas di banyak entitas.
Seiring waktu, konsep dana digabungkan ke dalam persyaratan peraturan yang telah menyempit. Di Australia, beberapa konsep dana diperdebatkan: semua sumber daya keuangan, modal kerja dan kas atau setara kas. Konsep 'sumber daya keuangan' adalah yang paling sejalan dengan teori dana Vatter. Sebuah laporan dana disusun dengan menggunakan konsep dana menunjukkan bagaimana dana yang diterapkan untuk menghasilkan dana alternatif. Ini umumnya memiliki dua komponen: Sumber Dana dan Penggunaan Dana. Sumber dana menunjukkan darimana dana didapatkan, misalnya dari pinjaman meningkat, operasi, penerbitan saham, atau penjualan aset. Penggunaan dana menunjukkan bagaimana aset tersebut digunakan, misalnya untuk membayar utang, dividen, atau untuk membeli aset. Sumber dana setara dengan penggunaan dana sejak setiap penggunaan dana memiliki sumber. Bentuk laporan dana, bersama dengan akun Laba Rugi, memberikan hubungan antara neraca. Namun, konsep sumber daya keuangan dana itu dianggap menghasilkan laporan dana yang tidak memberikan informasi yang berguna bagi pengguna laporan keuangan internal dan eksternal.
Studi yang dilakukan oleh Bowen, Burgstahler dan Daley (1987), Wilson (1986), dan Currie (1986) (dalam Godfrey et al, 2000:101) dengan menggunakan berbagai metode dan pengaturan secara konsisten menemukan bahwa :
·      Arus kas kurang berkorelasi dengan laba yang dilaporkan daripada dana dari operasi.
·      Arus kas lebih baik memprediksikan arus kas yang sebenarnya daripada yang melaporkan laba atau dana dari operasi.
Bukti empiris tersebut menunjukkan bahwa konsep dana yang paling tepat adalah konsep kas.

G.        Teori Commander
Goldbert (dalam Godfrey et al, 2000:102) berpendapat bahwa baik teori kepemilikan dan teori entitas didasarkan pada kepemilikan, yang merupakan konsep yang sulit untuk didefinisikan dan dianalisis. Alih-alih kepemilikan, ia percaya harus fokus pada kontrol ekonomi yang efektif dari sumber daya. Kita cenderung pada personalisasi entitas, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa manusia benar-benar melakukan kegiatan atas nama entitas. Lebih tepatnya, orang melakukan kegiatan atas nama orang lain, dan keputusan yang dibuat oleh individu tertentu atau kelompok individu. Kita harus mengarahkan perhatian kita pada fungsi kontrol dan ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang. Dalam sebuah perusahaan besar, pemegang saham adalah bagian pemilik perusahaan, tapi dia tidak menguasai sumber daya perusahaan. Dia telah memerintah, bagaimanapun, atas sumber daya sendiri dan karena itu dia adalah komandan juga. Komando atas sumber daya perusahaan hirarkinya ada di tangan komandan. Setiap manajer memiliki kontrol lebih atau kurang terbatas atas beberapa sumber daya, dengan satu atau beberapa dari mereka memiliki perintah umum atas semua sumber daya. Goldberg melihatnya sebagai fungsi akuntansi yang dilakukan untuk dan atas nama komandan. Laporan keuangan disusun oleh komandan dan untuk komandan. Catatan akuntansi disimpan, laporan keuangan disusun, dan laporan dianalisa oleh orang-orang atas nama rakyat untuk kepentingan rakyat. Prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang komandan atas perusahaan.
Neraca dipandang sebagai pernyataan dari pelayanan bukan kepemilikan; itu adalah pernyataan akuntabilitas. Ini adalah laporan yang menunjukan sumber daya yang dipercayakan kepada pimpinan bahwa ia telah mengontrol, tetapi ia tidak sendiri. Sumber daya yang ditangani oleh orang-orang, yaitu kepala eksekutif dan timnya, mereka disediakan oleh orang-orang, yaitu kreditur dan pemegang saham. Laporan laba rugi adalah penjelasan dari hasil kegiatan-kegiatan dalam periode tertentu. Teori Commander tidak memiliki efek langsung pada praktek akuntansi.
Namun, karena implikasi dari teori-teori baik kepemilikan dan entitas hidup berdampingan dalam praktek saat ini, yang pada pandangan pertama tampaknya bertentangan dengan kontrol ekonomi, yang ditekankan oleh teori commander, bisa menjadi dasar untuk mensintesis dan rasionalisasi penggunaan simultan prosedur terkait dengan teori kepemilikan dan entitas.

H.        Teori Investor
Berdasarkan tujuan akuntansi memberikan informasi kepada pemasok modal, Staubus (dalam Godfrey et al, 2000:104) berpendapat bahwa fungsi akuntansi dan laporan keuangan harus mengambil sudut pandang investor (pemegang saham dan kreditur). Persamaan akuntansi dalam teori ini adalah :
                                       Aset = ekuitas + ekuitas khusus Residual
Ekuitas khusus adalah kewajiban dan saham preferen. Dalam kebanyakan kasus, untuk  perusahaan, ekuitas sisa setara dengan ekuitas saham biasa. Hanya dalam hal ekuitas saham biasa maka saham preferen dihapuskan. Ekuitas menjadi ekuitas sisa. Persamaan akuntansi ini mengungkapkan ketergantungan ekuitas sisa pada nilai-nilai aset dan ekuitas tertentu. Informasi bagi investor untuk memprediksi penerimaan kas masa depan sebagai akibat dari hubungan dengan perusahaan tertentu. Staubus (dalam Godfrey et al, 2000:104) menyatakan bahwa penerimaan kas masa depan investor bergantung pada (1) kapasitas moneter perusahaan mengucurkan uang tunai, (2) kesediaan manajemen untuk membayar investor, dan (3) prioritas hukum klaim investor. Informasi pada faktor ketiga dapat diperoleh oleh investor di luar laporan keuangan. Informasi tentang faktor kedua dapat diturunkan secara tidak langsung dengan pengetahuan tentang kebutuhan kas perusahaan untuk penggantian atau perluasan, pensiun, utang, dan sebagainya. Laporan keuangan dapat membantu investor memastikan kesediaan perusahaan untuk mencairkan uang tunai untuk mereka. Faktor pertama berhubungan dengan kepemilikan uang tunai perusahaan pada saat investor mengharapkan harus dibayar. Laporan keuangan dapat memberikan dasar dalam memprediksi jumlah kas masa depan. Teori investor menekankan kebutuhan pengguna eksternal, khususnya, pemegang saham. Meskipun teori kepemilikan juga termasuk pemegang saham, mereka dipandang sebagai pemilik yang memiliki kekuatan lebih dari yang benar untuk perusahaan. Teori ini melihat pemegang saham sebagai investor dengan sedikit kekuasaan untuk menentukan apa yang terjadi di perusahaan, dan karena itu, harus bergantung pada laporan keuangan. Karena fokus investor pada kebutuhan akan informasi tentang arus kas. Pengaruh sudut pandang ini terlihat dalam pernyataan konsep no.1 dari FASB dimana kebutuhan informasi investor untuk memprediksi arus kas masa depan, diakui secara eksplisit.

I.              Teori Perusahaan
Mengambil isyarat dari tulisan Peter Drucker, yang mengamati bahwa perusahaan besar adalah suatu lembaga dengan tanggung jawab sosial, Suojanen (dalam Godfrey et al, 2000:105) merumuskan teori perusahaan. Perusahaan dipandang sebagai lembaga sosial di mana keputusan yang dibuat mempengaruhi beberapa pihak yang berkepentingan. Pihak tersebut adalah pemegang saham, karyawan, kreditor, pelanggan, berbagai lembaga pemerintah, dan masyarakat. Konsep perusahaan lebih luas daripada entitas, karena melihat perusahaan memiliki peran dalam masyarakat, sedangkan teori entitas memandang perusahaan sebagai sebuah badan yang berusaha untuk memperoleh keuntungan. Suojanen berpendapat bahwa manajemen saat ini tidak menganggap dirinya hanya sebagai wakil dari pemegang saham, tetapi sebagai pelindung perusahaan, bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian, manajer melakukan fungsi meditatif diantara berbagai pihak yang berkepentingan. Meskipun pemegang saham memiliki hak hukum sebagai pemilik, dari sudut pandang perusahaan hak-hak mereka merupakan anak perusahaan untuk organisasi dan kelangsungan hidupnya. Mereka yang menerima penghasilan dari kontrak mereka dengan perusahaan, yaitu, pemegang saham, kreditur, karyawan dan pemerintah, yang memiliki saham penting dalam kesejahteraan perusahaan, dan dengan demikian perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap mereka, bukan hanya pemegang saham. Tanggung jawab ini secara langsung dikaitkan dengan fungsi perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya moneter, manusia,dan material dalam produksi dan proses distribusi, serta bermanfaat terhadap pihak yang menyediakan sumber daya.

1.         Nilai Tambah Penghasilan
Sebagai lembaga sosial, perusahaan besar harus dievaluasi dari segi tanggung jawabnya, seperti yang disebutkan sebelumnya, yang berhubungan dengan output, karena ini adalah kontribusinya kepada masyarakat. Suojanen (dalam Godfrey et al, 2000:105) percaya bahwa pendekatan nilai tambah memberikan kontribusi terhadap penghasilan.
Nilai tambah adalah suatu ukuran kinerja, ukuran nilai atau kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan pada suatu periode tertentu. Cara lain untuk melihat itu adalah untuk mengatakan bahwa mengukur kinerja peserta dalam entitas; karyawan, penyedia dana modal (pemegang saham dan kreditur), dan pemerintah yang secara kooperatif berupaya untuk menciptakan kekayaan tambahan. Pendapatan dalam akuntansi tradisional adalah ukuran kekayaan diciptakan untuk kepentingan pemegang saham. Hal ini merupakan hasil "bottom line" yang diperoleh para pemegang saham. Pendekatan nilai tambah memandang pendapatan sebagai hasil dari upaya kerja sama dari sejumlah peserta. Ekonom memandang nilai tambah terutama dalam hal penentuan pendapatan nasional, dan karena itu, akuntan melihatnya dengan cara yang berbeda. Misalnya, ekonom akan mulai dengan total output pada harga penjualan, sedangkan akuntan paling suka menggunakan angka penjualan, karena ini merupakan hal dimana pelanggan bersedia membayar untuk output perusahaan. Tidak ada prinsip-prinsip yang berlaku umum untuk pernyataan nilai tambah, oleh karena itu, ada perbedaan. Nilai tambah harus mewakili jumlah kekayaan yang diciptakan oleh entitas selama periode yang diberikan. Tetapi nilai penjualan tidak dibuat sepenuhnya oleh peserta dari perusahaan, karena sebagian sudah diproduksi oleh perusahaan lain dan ditransfer ke perusahaan. Oleh karena itu, jumlah barang dan jasa yang dibeli dari perusahaan lain, dan digunakan, dipotong untuk mencapai nilai tambah (value-added ). Salah satu isu kontroversial adalah apakah pengurangan ini harus mencakup beban penyusutan. Banyak yang percaya bahwa itu harus dikeluarkan, karena jumlahnya yang diperkirakan dan pemasukannya. Oleh karena itu akan mengurangi objektivitas dan keyakinan dalam gambaran nilai tambah. Jika penyusutan dikecualikan, maka akan ditambahkan di bawah judul distribusi ke perusahaan untuk penggantian dan ekspansi. Kebanyakan perusahaan di Inggris mengecualikan depresiasi dari bahan, perlengkapan, dan jasa yang digunakan. Ini adalah pendekatan "kotor", mirip dengan Produk Nasional Bruto, sebagai lawan pendekatan "bersih", yang mirip dengan Laba Bersih nasional. Contohnya meliputi depresiasi dalam pengurangan untuk sejumlah alasan. Salah satunya adalah bahwa pengecualian yang memberikan kesan bahwa nilai dibuat tanpa manfaat dari pabrik dan peralatan yang dibeli dari perusahaan lain dan oleh karena itu, agar konsisten dengan gagasan nilai yang diciptakan hanya oleh perusahaan, biaya bagian yang digunakan harus dikurangi. Mengurangkan depresiasi dan barang lain dan jasa yang dibeli dari perusahaan lain, dan digunakan selama periode tersebut, konsisten dengan prinsip akrual dan pencocokan. Meskipun penyertaan penyusutan dalam pengurangan dari nilai penjualan tidak mengurangi objektivitas angka nilai tambah, tanpa penyusutan tersebut dapat menyesatkan kesimpulan yang dibuat.
Nilai tambah dibagi antara penyedia dana modal, karyawan, pemerintah, dan perusahaan itu sendiri. Perusahaan menginvestasikan kembali semua penghasilan yang dipertahankan untuk tujuan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan, dan dengan demikian bermanfaat bagi semua pihak. Pernyataan nilai tambah menunjukkan aliran barang yang dijual, kontribusi perusahaan kepada masyarakat, diimbangi dengan aliran pendapatan dalam arah yang berlawanan ke berbagai penerima. Nilai penjualan perusahaan adalah pendapatan ke sejumlah pihak di masyarakat.

2.         Implikasi
Teori perusahaan adalah pelopor dari konsep akuntansi sosial, dimana laporan laba rugi sosial adalah turunannya. Sudut pandangnya adalah dari kelompok peserta yang memperoleh pendapatan melalui usaha gabungan mereka di perusahaan. Sudut pandang ini berfokus pada kebutuhan bagi mereka peserta untuk bekerja sama jika perusahaan ingin bertahan dan terus menciptakan penghasilan bagi mereka.













BAB III
PENUTUP

A.           Simpulan
Konsep akuntansi saat ini telah dibangun oleh berbagai perspektif yang berkembang dan mendasari perkembangan akuntansi itu sendiri. Menurut teori kepemilikan Littleton, Kepemilikan adalah "substansi" dari sistem pencatatan berpasangan. Lain halnya dengan teori kepemilikan, terdapat pula teori entitas. Teori ini dimulai dengan fakta bahwa korporasi adalah entitas yang terpisah dengan identitas sendiri. Teori entitas dirumuskan dalam rangka menanggapi kekurangan dari pandangan eksklusif tentang perusahaan. Teori dana, William Vatter, telah mengusulkan pandangan teoritis yang berfokus pada sebuah "dana" pribadi daripada kepemilikan. Teori eksklusif ini mengambil sudut pandang pemilik, dan teori entitas mengambil sudut pandang entitas. Vatter percaya bahwa pandangan pribadi mengarah ke interpretasi yang spesifik dan metode penilaian yang baik. Goldbert melalui teori commander berpendapat bahwa baik kepemilikan dan teori entitas didasarkan kepemilikan, yang merupakan konsep yang sulit untuk didefinisikan dan dianalisis. Teori investor dibangun berdasarkan tujuan akuntansi memberikan informasi kepada pemasok modal, Staubus berpendapat bahwa fungsi akuntansi dan laporan keuangan harus mengambil sudut pandang investor. Sedangkan Teori perusahaan/enterprise menyatakan bahwa konsep perusahaan lebih luas daripada entitas, karena melihat perusahaan memiliki peran dalam masyarakat, sedangkan teori entitas memandang perusahaan sebagai sebuah badan yang berusaha untuk memperoleh keuntungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar